Selasa, 06 November 2018

Jangan dibaca. Entar nyesel.


Sejak my huge heart break happened, gue started to commit myself buat jadi seorang awind yang ideal di mata orang-orang. Gue berusaha menutup diri dari segala bentuk rasa kasmaran. Gue bener bener fokus aja ke akademik gue, ke organisasi gue, intinya gue berusaha jadi the best versions of my self.. yang tanpa sadar sebenernya gue literally sedang faking my own self. Ini sebenernya bentuk pelampiasan dari rasa sakit hati gue, dari dendam gue, dari kegilaan perasaan gue AHAHA lebay banget tapi iya. Gue gapernah rasa selemes saat itu in days. Pokoknya gue ga mau ngulang rasanya lagi deh titik.

Alhasil, for these past 3 years gue dikenal sebagai awind yang periang-kerjanya hahahihi-kalem-(sok) bijak-dewasa. Penilaian orang sih ini. Gue cuma summing up aja. Gue dikenal ga pernah marah. Karena emang gue gapernah marah ke orang yang gue merasa ga deket*nah loh?. Yang gue suka dari temen angkatan gue, di satu sisi they treated me as my own self, yang super spoiled dan juga childish. Tapi di satu sisi they trust my ability to be a real woman. Yang kayak.. gue seperti “dianakkecilkan” or being so apa ya amitamit manggil nama “ih awin juga mau ini” “ih awind ndatau” “ih awin nda mau” but in another sides they acknowledge my ability in taking decisions. Even in hard decisions. Handling anything. Kayak komunikasi ke senior dan dosen, or even kalau ada masalah. Ini hal baru yang gue dapetin disini... karena sejujurnya sewaktu di sekolah dulu gue gapernah dapetin kesempatan untuk dipercaya wholeheartedly:”) *perasaan gue doang sih*Intro gue kepanjangan lagi yakan hm. 

Gue dan dia adalah 2 kepribadian yang berbeda. Doi suka main cewek, dan gue gapernah sentuh cowok lagi for these 3 years. Karena gue trauma juga sih. Dia superberada dan rada hedon, gue cewek biasa aja, naik motor lagi. Dia anak fk, gue anak fkg. Kesamaan kita? Organisatoris iya. Suka haha hihi. Cepet banget overrated sama sesuatu WKWK. Both of us rada sanguin. Suka main. Dan perasaannya halus. I mean, we are using our feeling in taking decision. Dia ENFJ dan gue INFP. Cocoknya 100% banget katanya. Aries dan Leo, as he always believed. Katanya cocok. Katanya. Tapi gue masih gapercayaan orangnya. Gue susah percaya orang.

Saat gue jadian kemarin, temen gue semua di fkg pada kaget dan heboh. “inimi oleh oleh yang kobawa setelah kkn?” gue hanya bisa bales senyum doang. Karena gue udah terlanjur making my self terlihat sebagai orang yang ga sentuh cowo sama sekali. Gue gapernah tuh post galau galau di instastory gue. Gapernah bicarain cowok. For almost 3 years. Boncengan ama cowo aja gue milih, malah bisa di hitung dengan jari dalam 3 tahun ini. Gue keliatan tapi hidden. Gimana ya bahasainnya.. They didnt know me actually. Bukan karena mereka failed, tapi karena gue yang gamau keliatan. Gue yang gamau diketahui terlalu detail. Dan a thing that i should be thankful for, angkatan gue udah merasa kayak saudara semuanya. Jadi anything harus diketahui. Ya kayak GRDlah.. mace pace pacar itu hal wajib yang harus diketahui satu sama lain. Tapi gue bukan kayak gitu.. sejak gue pacaran pertama kali gue gapernah libatin orang dalam taking decision soal perasaan. Gue gamau ada faktor x yang mempengaruhi ini. Ya ini hal bodoh sih. Purely by feeling. Tapi udah diminished kok hehehe. INTRO GUE KEPANJANGAN LAGI.

Otherwise, di FK semua orang juga pada heboh. Gossipers everywhere. Lu bayangin tekanan batin gue karena strata sosial yang mereka bentuk. Gue jauh sangat sederhana dari standar cewe yang biasa doi deketin. Gue gatau gaya, gue gatau makeup, beli barang ga berdasarkan brand. Kebayang kan tekanannya gimana, apalagi di FK banyak yang cantik dan dia salah satu cowo idaman. They even said he was a masterpiece. Gue kesannya kayak upik abu di mata mereka.. i wrote this with my heart just to let you know. Ya tapi tetep ada juga sih yang supporting gue. H3H3

Sejak gue jadian, semua cowok di angkatan gue berasa jauh dari gue. Ketua angkatan gue musuhin gue kayak anak kecil yang buat gue kesel setengah hidup. Gue kayak kehilangan orang. Iyasih karena mereka ga sepakat gue pacaran. Gue tau sih kalau mereka sayang, tapi apayaaaaaaaaa kalian ngerti gasih kalau terlanjur sayang dan percaya orang?!?!?!?! Sulit banget mendustakan perasaan ini hiyak wkwkwk. Mereka kayak jaga jarak, seems lyke “awind this is not us. Dia bukan tipe kita” karena yang harus kalian ketahui pulpa itu just lyke anak alz, mau sekaya apapun kita bertingkah sederhana. Dan gue selalu dihempas dengan pertanyaan “bahagia jko kah wind?” repeatedly. Because they know walaupun gue bahagia, gue masih punya banyak alasan untuk sedih. That makes me sad.

Mereka selalu bilang ke gue alasannya “masi lama kan targetnya nikah?” “yakin dalam sekian tahun itu nda ada masalah? Yakin bisa lewati semuanya? Yakin dia nda bakal ketemu orang baru yang buat hatinya pindah? Bisa garansi semua baik baik saja dalam kurun 3-4 tahun ke depan?” okay gue almost in tears HMMMMMMMM. Moi pulfak. Kembarannya stavolt. Tapi they mean so much more to me.

Sampai tiba saatnya saat gue tau dia emang brengsek. Mata gue sembab bukan main. Meanwhile gue udah sebulan ga deket deket amat sama angkatan but they were asking me terribly hard “kenapa awind”9999x “baruji sekian bulan dikasi begini mko?” gue Cuma bisa bohong habis nonton drama korea. Ofc the real friends wont trust it easily. Gue gapernah berani cerita ini ke pulfak, karena gue tahu gue bakal dimarahin besar-besaran. Cowok pertama dan satu satunya yang pernah gue ceritain hanya budi. Mungkin ada yang tau seberapa deketnya gue ke dia sejak maba, till now. Temen sepemikiran gue yang mengertinya luar biasa sekali. Dia ladenin semua tangisan gue selama 2 jam-padahal kita ga talking to each other hampir 2 bulan. Tapi tetap seorang budi yang masih nerima gue-no matter how far i have been walking away-saja masih bilang “KAYAK MAU KUMARAHIKO BESAR BESARAN SEKARANG” fix gue gabisa ceritain ini ke orang lain.

I remember the make up running down his faces. Dan stupid di tulisan gue sebelumnya gue masi bela belain dia. Sekarang gue sedih aja guys karena di hampir 3 tahun ini gue udah menutup diri, dia maksain buat masuk padahal udah gue tolak, bodohnya saat maksain lagi gue terima dan gue yakin seyakin yakinnya karena emang yakinin. Karena emang gue satu satunya cewe yang dia seriusi in form pacaran selama kuliah. Harap maklum ya kalau tulisan ini agak harsh atau cheesy banget. Gue lagi patah hati soalnya. Gue kecewaa:”) hehew.
Share: