So guys kali ini
gue bakal bahas permasalahan koas gue kemarin. After hampir 3 bulan ini...
akhirnya gue ngerasain nangis nangisnya koas kayak gimana. Wajar emangsi kalau
orang-orang pada bilang koas gigi kayak neraka ya emang iya. Semasa preklinik
gue hampir gapernah nangis, h-5 hari seminar hasil gue bermasalah sama kepala
bagian dan dibentak-bentak, surat seminar hasil gue hampir ga keluar karena
harus ada ttd beliau, tapi gue ga nangis sama sekali. Gue dituduh nyontek sama
dosen gue ga nangis sama sekali. Tapi kemarin gue nangis sampe terisak-isak. Lebay
HAHA
Hoiya tadi gue pulang klinik almost tengah malem masi dengan snelli by gojek. Terus gue kelupaan helmnya. “misi mba helmnya” “oiye mas maaf lupa” “capek sekali mki itu di” gue senyum lepas.
Apaya.. bahagia itu sesederhana dipahami. Sesederhana dimengerti. Sekian.
I know setiap
penjurusan or even bidang gapernah ada yang enak, semua pasti punya lika liku. Koas
gigi juga kayak gitu, di satu sisi lo datengin pasien sendiri, nyari pasien
sendiri, pada satu kondisi jemput dan pulangin pasien sendiri, dan make sure jadwal
pasien lo harus bersesuaian sama jam kedatangan dokter. Ya gimanapun sulit. Nyatuin
jadwal pasien, dokter, and dirimu sendiri. Selain itu make sure juga lo ga
keliatan bego saat ngelapor di dokter, dan saat ngerjain pasien. artinya siap
sedia belajar. di satu sisi pula lu dituntut selesain requirement meanwhile
administrasi rumah sakit ribet, dari regist-sampe pembayaran yang bisa makan
waktu sejam buat antri. Beruntung ketika dalam momen antri itu dokternya ga
pulang, atau pasiennya masih cukup sabar. Kalau nggak? Kebayang kan gimana “nyiksa”
nya?
Gue memasuki
bagian orto. Orang-orang pada sebut sih behel. Prosesi behel itu memakan waktu
berbulan-bulan perawatan, jadi make sure pasien yang kita ambil ga bakal lari
dalam waktu bulanan dan komitmen. Kalau lari? Apes dong. Ngulang lagi. Prosesinya
juga ribet, cetak dulu, administrasi, acc, cetak lagi, analisis lagi, acc lagi
ke dokter. Setelah pembicaraan kasus di hadapan umat koas dimana dirimu bisa
saja dibantai abis abisan karena salah ngitung atau salah analisis. Di pembicaraan
model kita talking tentang rencana perawatan, semisal dalam pembicaraan
tersebut gue menjanjikan buat mundurin giginya sejauh 3 mm ke dalam, jadi
rencana perawatan gue harus sesuai dengan realisasinya. Dan kemarin gue
ngelakuin hal tersebut.
Gue ngebasis
sendiri (nempel nempel semen; ibarat kerja tukang) di model gue sampe jam 2
subuh. Gue booking ruangan. Gue dateng setengah jam sebelum kedatangan. Gue ngeprint
absen. malemnya Gue ingetin anak-anak untuk kirim pptnya ke dokter. Dan saat
presentasi, PM gue dibatalin sepihak. Dengan alasan ppt gue ga bagus dan
kelebihan baris padahal hanya soal pemeriksaan yang barisnya per poin aja. Wajar
gasih? Dan menurut gue secara subjektif gue paling siap buat pembicaraan model,
karena rencana perawatan temen2 gue yang berhasil lolos ga seideal ekspektasi,
masi banyak celahnya juga. Tapi karena alasan ga logis seperti itu gue batal. Gue
sakit ati laaaaaaah, dan gue berusaha aja buat sok tegar sok kuat depan
audience koas dan para kakak kakak koas. Bayangin dari 5 orang, gue 2 orang
dibatalin. Di hadapan orang banyak.
Setelah audience
bubar gue kuatin hati buat maju ke dokter tersebut. Yang terkenal aslinya emang
baik seantero jagad kandea. Dan tiba tiba dia ngelemparin kata-kata “kenapa
kamu malas sekali buat ppt yang kayak punya teman temanmu?” pedes hati gue
gengs denger kata-kata tersebut. Bcs malemnya gue pc doi dan doi minta
dikirimin ke email dan udah diread doang. Dalam hati gue pengen banget teriak “sudah
saya kirim di emailta dok” dan rangkaian kata-kata tersebut tumpah bersama air
mata. Gue nangis depannya doi. Bukan karena gue pengen dikasihanin, tapi karena
gakuat. Karena gue sakit hati to the max. Karena ini ambang pintu perjalanan
pasien gue dan dibatalin gitu aja. If only he knew how i struggle to be in this
point...
Semua temen gue
bubar kecuali 1 orang. Cowok. Namanya D. Gaperlu gue jelasin dan dia juga
lolos. Kata-kata yang dia utarakan dan temen2 gue yang lolos kayak gini:
“yang penting nda
sendiri. Kan berdua jitoh yang nda jadi” easy emang sih kalau lolos presentasi
saat ituJ
“Semangat nah. Bukan
berarti gagal di semuanya” easy emang ya berkata-kata
“nda boleh ko
nangis. Harus ko liat kakak yang dibatalkan padahal dia lagi kejar ujian. Ujiannya
nda keburumi” easy emang kalau bicaranya post pm dan berbahagia lolos. You did
not feel the moment. perbandingan will not ever work at that very moment.
Maafin gue ketus.
But honestly whenever you face kasus seperti ini, temen-temen lo yang lagi sedih
gapernah butuh kata “semangat” ga pernah butuh kata “sabar, kuat, tabah” tapi
psychologically saying lo butuh orang yang ngerti perasaan lo. Yang ngerti
gimana rasanya jadi diri lo. Paling-paling ujung ujungnya, sok care. Maafin gue
ketus sekali lagi.
At the end karena
nangis terus, gue balik ke kosan padahal gue harus minta ttd lagi jam 4 tanda
kehadiran. Gue tidur dan ga kerja pasien sama sekali. Gue balik RS jam 4 dengan
mata super bengkak (maybe lo udah tau gue gabisa sedih, karena gue nangisnya
totalitas sampe mata gue ketutup karena bengkak) terus teman2 pada nanya “awin
kenapa?” ofc, i wont answer. Gue gasuka sebenernya ketahuan kalau lagi sedih. But
my eyes cant lie. I cried lagi.
It is adel who
makes me cry. Jadi gue cerita singkat aja “Pmku batal”sambil gue bisik si adel.
“i guess no one would understand” sambung gue
dalam hati. Tapi nyatanya gue salah pandang kali ini. Adel perempuan polos yang
ga banyak tanya ga banyak bicara. Dia ngeliatin gue sambil senyum getir “nangis
mki awin. saya juga pernah seminar hasilku diulang 2 kali. Dan yang kedua
kalinya dibatalkan. Saya menangis besar” satu kata penutup yang buat gue pengen
meluk adel saat itu. Dia ga bilang semangat, dia ga bilang sabar, dia gabilang
masih ada PM yang lain. Tapi dia ngerti. Dia ngerti apa yang gue rasain.
Saat itu gue
gakuat. Gue nelfon ibu gue dan ceritain semuanya. Ibu gue responnya “sendiriji
dibatalkan PM nya? menghadap mki lagi sekarang nak, biarmi saja dimaki2 diam
saja” but gue merasa bukan ini yang gue butuh. Saat seseorang sedih dan lo
kasih solusi atau bertanya soal alur kejadiannya, honestly it will not ever
work. As for me. En gue matiin telfon ibu gue karena hal tersebut buat gue
tambah nyesek aja bcs ga mungkin banget gue menghadap dengan hati yang tidak
karuan, dengan mata yang super bengkak.
Dan sepanjang
hari gue ditelfon ayah dan ibu because mereka worrying so much. Gue ga angkat
karena hp sengaja gue airplane mode. At the end gue angkat telfon ayah habis
maghrib. He didnt say so much. Only 6 minutes but it really works.
“istighfar saja
nak, baca doa supaya hatinya dosennya bisa diluluhkan, minta sama Allah, supaya
dia luluh dan mengasihi seperti anaknya sendiri” I cried lyke much HAHA
“tidak apa apa,
mahasiswa memang begitu. Ayah juga pernah diusir dan dimakimaki” I CRIED TOO
MUCH MORE
“ayah doakan saya
dan. Doakan saja saya supaya lancar”
“doanya ayah
tidak pernah putus”
Gue nangis lagi. Bahkan
ngetik inipun gue nangis lagi terharu H3H3. Gue cerita lagi ke kakak senior gue
yang gue anggap pengertian bet, cowok, dan dia Cuma bilang “KO KAYAK TIDAK
PERNAH HIDUP DI KANDEA SAJA. BARUJI 3 BULAN CUPUMI. MASI BANYAK AJANG LIKA LIKU
YANG LAIN. BOHONG KALAU SELAMA KOAS TIDAK PERNAH BERURAI AIR MATA. Percaya saja
konsepsi rezeki, tidak pernahji salah alamat. Jalani saja” setidaknya gue
tenang banget.
Hoiya tadi gue pulang klinik almost tengah malem masi dengan snelli by gojek. Terus gue kelupaan helmnya. “misi mba helmnya” “oiye mas maaf lupa” “capek sekali mki itu di” gue senyum lepas.
Apaya.. bahagia itu sesederhana dipahami. Sesederhana dimengerti. Sekian.