Selasa, 16 Mei 2017

Bumi-ku

Teruntuk bumi yang kini menyelubungi pikiran langit.
Teruntuk bumi, orang yang baru saja ku kenal 7 hari singkatnya.


Sependek pengetahuanku, layaknya kata yang sering kau sebutkan saat kita bertemu...Cinta adalah suatu hal yang tidak terdefinisi. Demikian pula kagum, suatu hal non materi yang tidak diketahui rupanya. Namun bukanlah suatu hal layaknya perasaan yang berwujud non materi pada hakikatnya akan selalu sempurna?


Layaknya langit dan bumi yang diam diam selalu bertemu tatap, maka diam diam pula ada yang meluluh pada hati bumi.

Lucu rasanya saat diam kita bertemu tatap. Saling membaca pikiran masing-masing. Dan kamu, bumi.. Orang yang egonya tinggi mengaku sok-open-minded mampu mengeksploitasi pikiranku yang terlampau kaku.

Sudah lama rasanya aku tidak mengagumi orang sehebat ini. Merasa nyaman atas segala ketidaksempurnaan, merasa nyaman akan hal yang berwujud non materi, merasa nyaman ketika kau, bumi.. yang hebat dalam meluluhlantahkan benteng hingga memasuki jiwaku dengan kata kita.

Hati langit selalu tersungging malu ketika kau, bumi... justru memilih langit sebagai sosok yang mampu menjabarkan semua kalimat tersirat yang selalu engkau lafadzhkan.

Kagum tak melulu soal rupa,hanya soal hati. lalu anggap saja langit, sebagaimana hakikatnya akan selalu mengupayakan segala sesuatunya untuk bumi.

Jauh tak begitu jauh, dekat tak begitu dekat. Namun langit hanya ingin mengagumi sosok bumi dalam imannya. Berserah diri dan berharap yang terbaik, agar Allah tidak cemburu akan hati langit yang diam diam berharap besar pada bumi.

P.S: gue gak lagi kasmaran.
Share:

Kamis, 11 Mei 2017

LK 2 (2)

Inti dari tulisan gue sebenernya di point ini sih. Malam ketiga gue discreening sama ketua bem fk periode ini secara langsung. Setengah 12 baru mulai loh, pikiran gue gak karuan analisa gue gak jalan, ditambah keilmuan gue bener-bener parah. Gue ga ngerti filsafat karena gue gak pro filsafat sih sebenernya, atas dasar agama yang gue miliki. Yaudah, gue berusaha aja selama gue bisa.

Satu hal yang bikin gue tertarik, malam itu gue diajak diskusi kelembagaan sama dia. 3 jam screening, 1,5 jam gue diajak diskusi doang. Gue merasa kurang cocok sama screener gue kali ini, karena pemikiran kita emang belum nyatu di malam itu, dan akhirnya dia open banget soal kehidupan lembaganya, dan gue sebagai pengurus juga ceritain ironi kelembagaan dan kemahasiswaan saat ini.  Dia punya kemampuan untuk menyatukan pemikiran dan intuisi dengan berbagai cara. Ternyata dia merupakan temen dari kak naufal kak ika dll karena alumni insan cendekia, dia kenaal banget sama alazhar karena merupakan sahabat dari kak opa dan kak qonitah. dan ketika screening nya selesai dan kita jalan bareng menuju tempat registrasi, dia nyatain “dari awal saya liat kamu, saya rasa bakalan susah saya masuki ini anak. Saya gak bakalan melangkah maju kalau saya belum berhasil di titik awal”

Pernyataan beliau gue bales tanpa rasa bersalah “kalau gitu kita memang beda kak. Saya juga gak bakalan berusaha menggali apa yang seseorang maksud kepada saya. Saya tidak suka berasumsi secara subjektif, karena saya eksistensialis”

Lusa harinya gue screening dimensi ke4. Sama cewek.  Akbar budi dan orang yang setia nungguin gue lainnya seneng dong ya. Karena setiap screening gue pasti selesainya lewat dari jam 12, malam itu mereka optimis gue hanya sejam doang. Hatihati loh kecewa guys:”0 buahahah

Ironinya gue discreening sama 3 orang sekaligus. Cewek yang tadi hanya merupakan kaderisasi screener, sejenis itu lah pokoknya. Dan guess siapa salah satu orangnya? Kak nanda, yang tiba-tiba mampir (orang yang screening gue kemarin) Gue seneng sih, karena pengamatan gue secara subjektif dia paternalistic sama orang yang udah dia kenal. Gue merasa ada ikatan batin sama dia #wohoo. Ketika 2 screener lain pergi, lagi-lagi kita berdiskusi 4 mata tentang apa yang membuat pemikiran kita resah saat ini. Refleksi nilai-nilai kemahasiswaan dan solusi yang ditawarkan, kita juga saling arguing mengenai kelemahan kita masing-masing. Btw setiap gue diskusi yang menurut gue aneh kita hanya diskusi 4 mata doang. Maksud gue gini, saat screener gue yang cewek ada, dengan kekuasaan yang dia miliki dia nyuruh cewek tersebut untuk being so busy biar kita gak gangguin diskusi antara gue dan beliau. Dan menurut gue sih, diskusi kami yang notabene luas banget kesannya kayak ngegosip gitu:”)

Selesai screening, kemudian nungguin presentasi makalah… tiba tiba dia nyamperin gue dan nge gosip lagi. Apa ya.. kadang gue ngerasa gak enak sama anak fk karena SKSD banget sama ketua bem nya. Gue bicara terkait permasalahan kelembagaan yang notabene temennya sendiri yang menurut gue menemui jalan buntu. Dan akhirnya gue ditinggalin sama dia katanya pengen main ludo king yang lagi trend saat ini :”)

Screener gue yang pertama orangnya juga baik banget, mungkin dia kasihan ngeliat gue nunggu dan gue cewek. Dia ngeusahain screener untuk gue setiap gue screening. Dan gue sebenernya pengen ucapin terima kasih yang amat banyak, tapi gue takut-_- gue takut salah tanggap. Apa ya… pokoknya gitu deh. Hahahah

Subjektifitas atau sifat paternalistic dari kak nanda diperlihatkan lagi saat gue antri screening makalah dan itu udah jam setengah 3 lewat. Dia ngambil gue lagi dan lagi. Berbeda dengan screening sebelumnya, dia lebih banyak dengerin gue dan jarang buat mengelak dari argumen gue. Gue hampir aja ditarik sama screener yang lain, namun katanya gini “udah hampir selesai” gue dan kak nanda saling melempar lirikan kemenangan, apa yaaa… entah kenapa gue ngerasa kita bisa saling baca pikiran kita masing-masing HAHAHAHH. 

Yang gue nilai dari kak nanda sih orangnya sama terhadap semua orang ya mungkin karena sifatnya lumayan agresif. Dan satu hal lagi, gue ngerasa deket banget sama kak nanda… karena setiap gue bersama dia, gue merasa lagi bareng sama anak alazhar, gue merasa ada ikatan kekeluargaan, dan gue ngerasa sifatnya mirip banget sama kak naufal. I adore him, and its such an honor for me buat kenal sama seorang ketua bem yang open minded banget, yang ngerangkul orang lain, yang kuat banget agamanya, humble, dan juga yang pinter banget. (btw gue sempat debat tentang urtikaria dan eritema pada malam itu karena beliau yang lagi digigit nyamuk) sekiaaaan
Share:

LK 2 (1)

Jadi ceritanya sekarang gue megang 3 organisasi sekaligus yang bikin gue napas aja susah. Tidur aja syukur. Ketawa aja pengen nangis. Sehari, seminggu, sebulan dan bulan bulan berikutnya gue padat dan gue gatau bahkan gabisa ngebayangin kehidupan gue selanjutnya bagaimana.

Intermezo gue kali ini lumayan singkat. Jadi setelah serangkaian kepadatan jadwal gue tadi sore (5517), gue diajak sekaligus dituntut untuk mengikuti lk2, sejenis pelatihan organisasi tingkat menengah sama temen gue sendiri, budi. Gue yang padat banget biar napas aja susah akhirnya meng-iyakan, walaupun gue ujian blok hari rabu tetep gue iya-in daripada gue dihantui di bulan-bulan berikutnya sama kegiatan ini.

Di hari pertama screening, gue discreening sama cowok dari PDU, gue manggilnya kakak entah karena gue merasa sok muda gitu. Agresif banget lah orangnya, yang bikin gue kesel dia minta gue harus tau sedetail-detailnya mengenai kemahasiswaan, walaupun searching sekalipun. Dan akhirnya gue dipantul! Sungguh tidak terhormat-_- and well, gue seneng sama dia ya karena selama screening gue disediain air sebotol, disediain makanan, disediain kopi lagi. Berkah banget hidup gue bro. walaupun at the end gue kesel banget lagi dan lagi karena beliau ternyata angkatan 2015 dan akselerasi! Hft. At the end, screening gue selese jam setengah 1 malam. EMPAT JAM BRO. kak baso, kak topan, akbar dan budi yang nungguin gue udah kesel kebangetan sama screener gue. “Budi aja selesainya sejam lebih” yaudah, yang penting selesai kan.

Di hari kedua, gue discreening sama orang yang belakangan gue tau mantan ketua bem fk periode 4 tahun yang lalu. Dia koas. Pembawaannya tenang, dan mukanya mirip dosen gue. Kalau di screening sebelumnya gue harus tau sedetail-detailnya,  di screener ini enggak sama sekali. Kalau nggak tau gue didiemin aja, terus lanjut lagi. 

Btw… gue kagum sama orang ini. Pembawaannya tenang, dan gue melihat sudut pandang yang sangat-sangat berbeda diantara kita. Gue berdebat or arguing dengan pikiran yang tenang pula loh jadinya. Tapi, satu yang bikin gue tersentak dan sedikit kesel malam itu saat ternyata beliau ngebaca gue secara keseluruhan, apa ya… sejenis nebak kepribadian gue “kamu tuh saya liat daritadi sebagai orang yang terlalu EKSISTENSIALIS. Sangat berbanding terbalik dengan saya yang mengutamakan pemikiran substansialis” gue yang nunjukkin raut kesel dan wajah ekspresif yang gampang banget berubah selalu disambut sama tertawaannya yang menurut gue penuh wibawa juga. #salfoknih

Pembahasan malam itu luas banget menurut gue. Dia nyinggung segala hal yang gue singgung, kepemimpinan, feminism, politik bahkan keilmuan sekalipun. Satu hal yang gue suka dari malam itu, ternyata ada orang yang emang gak suka sama tipe kepemimpinan di zaman sekarang yang blusukan. Kata beliau “rakyat gak bakalan mandiri kalau blusukan secara terus menerus. Mereka bakal berharap dan terus berharap” gue terkesima dengan pernyataan ini sebagai orang yang sangat sangat pro Jokowi dan pro Ahok. Namun di lain sisi dia sangat pro Anies dengan alasan “mencerdaskan kehidupan bangsa” gue dengan serentetan argument gue, dan dia tetep dengan serangkaian argumen dia. so far, he is adorable like so much.
Share: