Ini adalah kepulangan ketiga gue pada masa perkuliahan. di kepulangan ketiga ini, something just stepping aside from its normal way.. gue seketika berubah jadi seorang ambivert yang hobinya jalan mulu, walaupun ujung ujungnya gue tetep masih butuh days dimana gue charging my self up, out of people ngurung diri dalam kamar being primitive as what i have always loved to do.
Kalau kata saudara gue @mnfiqrii di salah satu tulisannya, bahwa pulang merupakan keikhlasan yang tidak ikhlas maka hasil diskusi gue bersama saudara ukang dan obhi, gue fix menyimpulkan kalau pulang adalah kenikmatan yang tidak nikmat... karena gue akan selalu ikhlas untuk pulang, tidak peduli berapa nikmat atau tidak nikmat yang gue dapetin saat pulang, gue akan selalu mengalirinya dengan ikhlas lahir batin.
Di kepulangan ketiga ini, gue merasa lebih meresapi makna kepulangan. Its such a breath of relief oc yak.. Tapi, kata orang sebelum memaknai apa itu pulang, kita harus tau dulu alasan mengapa kita pergi.. #TSSSAgh
Tetapi lantas,
apakah setiap orang benar-benar tau kemana ia pergi?
Mengenai nikmat kepulangan, akan tetap sama. Tentang semilir angin berhembus tidak peduli seberapa teriknya matahari, atau juga udara segar selepas subuh dan aroma asin laut yang begitu khas. Disitulah ingatan gue mungkin akan selalu tinggal, khususnya bagi gue yang menghabiskan hampir seluruh kehidupan gue deket laut. Sayangnya, bukan ini yang selalu buat gue nangis ketika balik lagi untuk merantau, melainkan nikmat yang enggak lo dapetin ketika lo ngerantau; nikmat mencium tangan kedua orang tua lo di 5 waktu. Sebuah nikmat yang selayaknya ga boleh dilewatkan menurut gue. Sounds melanholic tapi inisih yang bikin gue sedih berkepanjangan. What if and another if...
Jika tadi adalah nikmat primer yang bisa gue maknai dari kata pulang, maka nikmat sekundernya adalah gue lagi lagi diburu hutang untuk berkontemplasi sehingga melahirkan entri ini.awalnya gue begitu seneng luar biasa, ada perasaan yang gue gatau ini apa... ketika gue bahagia ngelihat kehidupan temen temen gue yang perlahan mulai berubah, satu per satu. Moment dimana finally lo bisa respek sama orang dengan pilihan hidupnya masing masing.
Sederhananya, pulang kali ini bakal buat gue selalu inget ketika fandy jemput untuk tarwih bareng dan naskun malam bareng, gue bakal inget saat GRD38 ke padang jese, berkontemplasi, clarifying whats left unsaid *apasih serta mengajari satu sama lain untuk ikhlas mengenai apa apa saja yang sudah terjadi di belakang, ditemani dengan dinginnya udara pegunungan serta kerlap kerlip kota palu dari atas yang menurut gue, ga ada tandingannya bro. Gue bakal inget ketika cowok grd yang kali ini hampir keseringan untuk menjadikan rumah gue sebagai sekret. baik main ps, tempat cerita, atau hanya sekedar main keyboard hingga ibu gue kewalahan melayani tamu yang kata ibu, "buatkan kamar saja satu" alih alih ga perlu repot untuk selalu pulang jam 12 malam. Atau saat stavolt and the gank bertamu saat lebaran dari sore sampe malem, dan dalam kurun waktu tersebut hanya bahas soal "definisi bahagia" yang sebenernya ga berujung, dengan jendral sebagai pemateri. Gue bakal inget ketika gue having trip bersama GRD ke pusat laut. Those magnetic-views. Atau iki dan perky yang suka jemput tiba tiba kalau malam. July party and that-back to high school-theme, kegilaan setelah 2 tahun gapake baju SMA, ya kemudian dipake lagi. alhasil wajah kita ternyata ga berubah, teteup sama kang, neng.
Atau juga kisah anjasmara gue yang kalut naik turun BHAHAHAK. Or gue mendadak deket sama orang as a bestfriend. Or lagi orang-orang yang dulunya-gue-jarang-diajak-jalan kembali diajak jalan, even if i already been here guys. That was only making me missing them so much more. I feel loved, you know.
Atau juga, nayla yang sekarang tingginya udah kayak pohon kelapa aja, yang selalu dibubuhi kata "assalamualaikum, sorry ee" di setiap langkahnya, dan anak kecil ini malahan gamau tidur kalau dia belum dimaafin. Atau juga ingatan gue yang selalu tertuju pada keluarga gue yang setiba-tibanya hampir tiap hari jalan ke rumah. Teduhnya laut dan langit di citraland. Raut wajah penuh tawa bahagia ketika ibu dan tante gue-duo-gendut who were trying to push mobil-mobilan di citraland but failed, ended up of laughing out loud. Kesibukan 2 kakak sepupu gue yang mau nikah di akhir tahun, Atau perihnya kisah putri.. when she accidentally figured it out that dia adalah anak angkat di masa labilnya, and it hurts our big family like so much. Atau juga setiap tawa bercampur rasa takut yang gue dapetin ketika satu keluarga besar gue sempit sempitan naik perahu yang besarnya kayu perahu titanic (emangada), atau juga soal kamu. #lahapanih
Soal Ketidaknikmatan
Pulang dan tidak nikmat nyatanya 2 hal yang menuai paksa ketika dibersamakan. Tidak nikmat di kepulangan kali ini... mungkin hanya soal terror organisasi, lebih tepatnya tanggung jawab di tanah rantau. Tidak nikmat yang seringkali disebut tidak ikhlas oleh teman gue, dari sebuah kepulangan yakni ketika dihujam pertanyaan kapan lulus? atau juga soal jodoh jodohan atau soal lamar lamaran yang datangnya udah kayak orang demo aja. yang pengen gue sampein sih, mimpi dan karir gue masih panjang. ehehehe
Sampailah kita di akhir entri guys. Sebenernya, apa yang gue cari dari sebuah kepulangan, udah gue dapetin. Gue juga mau berterima kasih ke elo, karena selayaknya gue udah dapt jawaban dari kesabaran yang udah gue jalanin. Justru gue sekarang lagi bingung..apakah dengan banyaknya kenangan yang gue tumpat di kepulangan ini, lantas menjadikan gue lebih kuat atau lebih lemah ketika balik ke tanah rantau nanti... semoga saja jawabannya adalah apa yang gue butuhin, bukan sekedar apa yang gue inginkan. :)
Kalau kata saudara gue @mnfiqrii di salah satu tulisannya, bahwa pulang merupakan keikhlasan yang tidak ikhlas maka hasil diskusi gue bersama saudara ukang dan obhi, gue fix menyimpulkan kalau pulang adalah kenikmatan yang tidak nikmat... karena gue akan selalu ikhlas untuk pulang, tidak peduli berapa nikmat atau tidak nikmat yang gue dapetin saat pulang, gue akan selalu mengalirinya dengan ikhlas lahir batin.
Di kepulangan ketiga ini, gue merasa lebih meresapi makna kepulangan. Its such a breath of relief oc yak.. Tapi, kata orang sebelum memaknai apa itu pulang, kita harus tau dulu alasan mengapa kita pergi.. #TSSSAgh
Tetapi lantas,
apakah setiap orang benar-benar tau kemana ia pergi?
Mengenai nikmat kepulangan, akan tetap sama. Tentang semilir angin berhembus tidak peduli seberapa teriknya matahari, atau juga udara segar selepas subuh dan aroma asin laut yang begitu khas. Disitulah ingatan gue mungkin akan selalu tinggal, khususnya bagi gue yang menghabiskan hampir seluruh kehidupan gue deket laut. Sayangnya, bukan ini yang selalu buat gue nangis ketika balik lagi untuk merantau, melainkan nikmat yang enggak lo dapetin ketika lo ngerantau; nikmat mencium tangan kedua orang tua lo di 5 waktu. Sebuah nikmat yang selayaknya ga boleh dilewatkan menurut gue. Sounds melanholic tapi inisih yang bikin gue sedih berkepanjangan. What if and another if...
Jika tadi adalah nikmat primer yang bisa gue maknai dari kata pulang, maka nikmat sekundernya adalah gue lagi lagi diburu hutang untuk berkontemplasi sehingga melahirkan entri ini.awalnya gue begitu seneng luar biasa, ada perasaan yang gue gatau ini apa... ketika gue bahagia ngelihat kehidupan temen temen gue yang perlahan mulai berubah, satu per satu. Moment dimana finally lo bisa respek sama orang dengan pilihan hidupnya masing masing.
Sederhananya, pulang kali ini bakal buat gue selalu inget ketika fandy jemput untuk tarwih bareng dan naskun malam bareng, gue bakal inget saat GRD38 ke padang jese, berkontemplasi, clarifying whats left unsaid *apasih serta mengajari satu sama lain untuk ikhlas mengenai apa apa saja yang sudah terjadi di belakang, ditemani dengan dinginnya udara pegunungan serta kerlap kerlip kota palu dari atas yang menurut gue, ga ada tandingannya bro. Gue bakal inget ketika cowok grd yang kali ini hampir keseringan untuk menjadikan rumah gue sebagai sekret. baik main ps, tempat cerita, atau hanya sekedar main keyboard hingga ibu gue kewalahan melayani tamu yang kata ibu, "buatkan kamar saja satu" alih alih ga perlu repot untuk selalu pulang jam 12 malam. Atau saat stavolt and the gank bertamu saat lebaran dari sore sampe malem, dan dalam kurun waktu tersebut hanya bahas soal "definisi bahagia" yang sebenernya ga berujung, dengan jendral sebagai pemateri. Gue bakal inget ketika gue having trip bersama GRD ke pusat laut. Those magnetic-views. Atau iki dan perky yang suka jemput tiba tiba kalau malam. July party and that-back to high school-theme, kegilaan setelah 2 tahun gapake baju SMA, ya kemudian dipake lagi. alhasil wajah kita ternyata ga berubah, teteup sama kang, neng.
Atau juga kisah anjasmara gue yang kalut naik turun BHAHAHAK. Or gue mendadak deket sama orang as a bestfriend. Or lagi orang-orang yang dulunya-gue-jarang-diajak-jalan kembali diajak jalan, even if i already been here guys. That was only making me missing them so much more. I feel loved, you know.
Atau juga, nayla yang sekarang tingginya udah kayak pohon kelapa aja, yang selalu dibubuhi kata "assalamualaikum, sorry ee" di setiap langkahnya, dan anak kecil ini malahan gamau tidur kalau dia belum dimaafin. Atau juga ingatan gue yang selalu tertuju pada keluarga gue yang setiba-tibanya hampir tiap hari jalan ke rumah. Teduhnya laut dan langit di citraland. Raut wajah penuh tawa bahagia ketika ibu dan tante gue-duo-gendut who were trying to push mobil-mobilan di citraland but failed, ended up of laughing out loud. Kesibukan 2 kakak sepupu gue yang mau nikah di akhir tahun, Atau perihnya kisah putri.. when she accidentally figured it out that dia adalah anak angkat di masa labilnya, and it hurts our big family like so much. Atau juga setiap tawa bercampur rasa takut yang gue dapetin ketika satu keluarga besar gue sempit sempitan naik perahu yang besarnya kayu perahu titanic (emangada), atau juga soal kamu. #lahapanih
Soal Ketidaknikmatan
Pulang dan tidak nikmat nyatanya 2 hal yang menuai paksa ketika dibersamakan. Tidak nikmat di kepulangan kali ini... mungkin hanya soal terror organisasi, lebih tepatnya tanggung jawab di tanah rantau. Tidak nikmat yang seringkali disebut tidak ikhlas oleh teman gue, dari sebuah kepulangan yakni ketika dihujam pertanyaan kapan lulus? atau juga soal jodoh jodohan atau soal lamar lamaran yang datangnya udah kayak orang demo aja. yang pengen gue sampein sih, mimpi dan karir gue masih panjang. ehehehe
Sampailah kita di akhir entri guys. Sebenernya, apa yang gue cari dari sebuah kepulangan, udah gue dapetin. Gue juga mau berterima kasih ke elo, karena selayaknya gue udah dapt jawaban dari kesabaran yang udah gue jalanin. Justru gue sekarang lagi bingung..apakah dengan banyaknya kenangan yang gue tumpat di kepulangan ini, lantas menjadikan gue lebih kuat atau lebih lemah ketika balik ke tanah rantau nanti... semoga saja jawabannya adalah apa yang gue butuhin, bukan sekedar apa yang gue inginkan. :)