Minggu, 29 Desember 2019

Imperfect

hai guys.. tadinya gue pengen banget sharing soal pandangan gue tentang film habibie ainun 3. Tapi rasa rasanya setelah nonton imperfect gue pengeeeen banget review film ini!!!hehe bagus banget soalnya.

film karya ernest prakasa emang gapernah failed. selalu keren dan dalam makna. mungkin semua perempuan pernah mengalami ini kali ya?termasuk diri gue pribadi. gapernah bersyukur dan selalu insecure sama diri sendiri. selalu merasa gendut, dan selalu merasa kurang. ngejar sesuatu yang emang kita ga punya tanpa sadar kehilangan mereka yang udah kita milikin sejak awal. 

Gue punya 3 hal yang relate dalam hal ini, dibanding bandingin dalam hal persaudaraan, kedua soal percintaan, ketiga soal tidak menjadi diri sendiri.

First, gue ngerasain banget si sebenernya jadi rara yang dibandingin sama lulu. lia yang tinggi dan kurus, cantik pula. gue yang tembem gendut dulu sewaktu kecil rambut keriting sampe gue gatahan setiap ada yang body shaming panggil gue keriting. selama 21 tahun ini, ini pertama kalinya gue utarain ini dan hanya sebatas ini doang. dan di scene ini gue nangis banget HAHAHAHA. dasar lemah. rasanya luka masa kecil gue keungkit aja. padahal udah gue lupain&tutup rapat2 wkwkwk

dan bahkan sampe sekarang pun, di pola pertemanan kalau kalian pernah perhatiin.. gue orang yang ga bakal pernah ngomentarin apa yang kalian pake, gimana bentuk tubuh kalian, gimana kulit kalian, gimana jerawat kalian. ga akan pernah.. karena gue pribadi gasuka aja sampe skrg kalau ada yg suka ngomentarin “gendut” “gendut” di tulisan gue sebelumnya gue udah pernah bilang ini kali ya. kita nda pernah minta dilahirkan sebagai apa, dalam bentuk apa. kenapa malah sibuk mencaci segala sesuatu yang gabisa kita kendalikan sih?

__________________________________________________

kata ortu gue, gue anak yang paling apa adanya kalau berpakaian ya walopun bosanan.. ga pernah ribet kalau makan. ga pernah ribet kalau suka sama sesuatu ya sukak, kalau enggak ya enggak. kecuali dalam pengambilan keputusan h€h€. di posko gue merasa apa adanya aja. gasuka cumi ya makan apa yang ada aja, nasi kecap jadi kok. gue gapernah protes dan yagitu gitu aja pokoknya lah. gue merasa ga perfect till loved by someone who made me feels perfect.

di posko, sahabat gue sendiri skinker nya lengkap banget. gue modal toner&bb cream aja. pakaian bermerek, tapi gue mungkin kelas mtc doang:”) handuknya pun merk myko, gue handuk kelas pasar butung. dijemput sama supir. gue model pete pete bro. wajar lah ya kalau dijodohin sama sua. dan gimana gue gak geger kalau sua sukanya gue.

kayak pengen gue nanya aja “maksudmu apa? maumu apa?” Saat itu. kemudian gue gitar lagi, senja senja t...a u deh haha.

sampe gue gabisa percaya itu. gue gabisa yakinin diri gue sendiri. karena temen temennya pada bilang “you know he was a masterpiece. and i cant believe that he is into you” yang buat gue down abis. mungkin gue udah cerita ini. sampe gue ngupload di instastory gue soal “imperfection” disitu gue boomerang jatuh di pinggir pantai dgn modal caption “you dont have to be flawless in order to be loved” gue bikin ini dgn hati yang apa ya pokoknya menggebu gebu pengen bales dendam WKWK. dan ga nyangka gue dibales sama sua hehehe.

kata film imperfect ya..
“nyari yang cantik mah gampang. tapi nyari yang cocok susah”

ini yang pernah sua bilang ke gue di mobil malam itu. yang gue rasa rasanya auto nangis aja kalau denger kata kata itu. 

__________________________________________________

Sampai gue nyampe pada satu titik, dimana gue ngerasa gue ditekan sama strata sosial sua. gue ngerasa “pacarku high class, haruska juga pintar berpakaian” dan gue berusaha guys. gue berusaha. hahaha confession yg bikin gue apa yaaak malu aja harusnya dibilang disini tp kan gada siapa siapa ya wkwk. gue belajar berpakaian. gue belajar beli ini itu, bermerk, wasting money&time buat orang yang gabakal stay. gue jadi orang selain diri gue sendiri. gue jadi orang lain. gue jadi orang lain yang bahkan gue ga kenal ini siapasih?

gue bahkan ga berinteraksi sama teman teman gue di bem. gue bahkan ga temenan sama aul, dan merasa aneh aja berteman sama mereka. I mean like.. i found my own happiness alrd. padahal gue udah diceramahin sm seangkatan “windaa, apa apa di dunia ini sementara ji. perasaanmu atau perasaannya atau perasaannya mereka sementaraji” dan gue keras kepala bilangnya enggak.. hehe. bodoh.

gue sibuk ngejar sesuatu dan menjadi org lain, yang tanpa sadar gue kehilangan mereka yg udah gue punya dari awal.

sua sendiri gapernah minta gue doing dat thing. tapi circlenya yg buat gue ga tahan. padahal dia mah biasa aja.. but deep down i know, dia bosanan dan gue berusaha agar dia ga bosan sama gue. tapi nyatanya i shouldnt do that thing kalau emg dia sayang sama gue apa adanya. dasar bucin.

__________________________________________________

dulu, sewaktu kkn.. 2 temen kkn gue bilang ke gue. if i were a boy, id maybe feel the same thing as sua, winda. i adore you much.

tapi kesimpulan gue,
Even at your absolute best, 
if he is the wrong person
still, 
you will never be enough.


Youre perfect with your imperfection. Setelah gue putus, perlahan gue kembali. perlahan gue refleksi diri. ternyata cantik itu relatif. jadi diri sendiri lebih baik, seperti dulu. Hehehe. maapin, niatnya tadi mo review tapi malah relate ke kehidupan pribadi. 
Share:

Selasa, 22 Oktober 2019

yang lebih lapang dari langit


Apa yang lebih lapang dari langit?tanyanya

“ia yang jauh tersimpan di dalam dirimu” jawabku

Ia yang selalu kau kira telah kau tutup rapat,

tetapi selalu lapang untuk suatu hal, yang kau sebut masa lalu

ia adalah ruang dimana banyak jiwa yang mengetuk, tapi tak pernah menetap

dia adalah ruang yang kau sebut 

hati.
Share:

Jumat, 27 September 2019

Genetically Engineered


Seminggu yang lalu.. gue sempat terkesima dengan pembahasan dosen magister gue soal newest invention from USA, stating that we were actually has been genetically engineered. DNA kita udah dikonstruksi sedemikian rupa, dan sedetail mungkin. Semua cerita hidup kita ada dalam DNA kita dan mereka menemukan alat untuk mendeteksi itu. Karena berbasis kesehatan, maka penekanannya ke kesehatan juga. Jadi semua penyakit yang akan lo derita bakalan bisa terprediksi sejak lo masi jadi fetus guys.. bahkan usianya pun sudah bisa terdeteksi. Misal nih, lo bakal derita penyakit DM di usia 40 tahun, dan itu sebenarnya bisa dikonstruksi kembali melalui serangkaian pengkodean genetik. Hebat gasih ini:”)

Point dari penulisan gue adalah.. gue terkesima aja sama statement yang nyatain bahwa takdir itu memang ada. Lauhul mahfudz itu emang bener ada. Tetapi mereka mendefinisikan lauhul mahfudz melalui gen. Dosen gue bilang, bahkan kita terkumpul di tempat ini, di ruang perkuliahan ini sudah dikonstruksi sebaik mungkin dan ditakdirkan sama Allah. Ini seperti, ada gaya magnet dalam DNA kita yang akan saling mempertemukan kita dengan orang lain dalam waktu dan kondisi yang sudah ditentukan juga.

Maafin gue yang rada melankolis ini. Pernah gasih kalian berpikir untuk semua kemungkinan, beribu ribu kemungkinan di dunia ini dan ternyata terjadi satu kemungkinan dan untuk “menenangkan diri” kalian memercayai bahwa itu adalah takdir? Atau hanya sebuah kebetulan?

Lantas gue berpikir mengenai teman-teman KKN gue. What if gue ngatur penempatan gue, what if ada seseorang yang hampir bgt gajadi ambil kkn profesi kemarin, atau ada yang daftar jenis kkn lain, mungkin aja gaada cerita kkn gue yang seseru kemarin.

Long story short.. gue jadi ingat kalau sebenernya saat ruh kita ditiupin pertama kali ke dunia, kita udah menyepakati segala hal, segala takdir kita di dunia ini. We have alrd sign a beautiful contract, that we have been actually engineered, right from the start.

Share:

Jumat, 06 September 2019

hehehe


Gue nulis ini di kondisi gue lagi sendiri, di klinik, lagi ga ada pasien, dan orang orang pada quality time di luar.

Ya.. hi people,

gue lagi sedih karena adik gue sedih. Seluruh keluarga gue sedih. Ofc. Karena adik gue ga lulus tahap terakhir STAN. Ini tes keduanya. Tes pertama doi ga lulus dan hanya -1 poin dari nilai standar. Dan tahun ini, nilainya sangat diluar ekspektasi, jauh memuaskan. Nilai psikotes yang luar biasa. Tes kebugaran dan kesehatan mencapai standar. Dan gagal di shuttle run karena mencapai 24 detik, beda 4 detik dari standar. Hanya karena adik gue jatuh di detik terakhir. DETIK TERAKHIR. Depan mata gue. idk di detik itu juga sakit bertubi tubi perasaan gue. segala kata kata orang soal “jangan jatuh saat TKK” terngiang ngiang. Rasanya perasaan dan harapan gue hancur, tapi lebih hancur lagi hati gue saat ngeliat adik gue kesakitan karena jatuh. Badannya lebam. Mukanya lemas tidak bersemangat karena ketika pulang harus dianterin sama bapak security naik motor karena ga sanggup jalan..

Saat itu gue rela bangun jam 5 subuh di tengah hectic perkoasan gue, ga masuk klinik seminggu, bolos koas sehari demi temenin adik gue. tiap pagi sore dia latihan. Minum jus wortel, susu beruang tiap hari. Berbulan bulan. Tiap hari ibu gue nelfon kabarin progress adik gue. betapa senangnya ayah dan ibu gue soal berita bahagia yang adik gue bawa semenjak dia keterima tahap 1 stan. Yang lulus bisa dihitung dengan jari dari kota palu. Sampe sampe ibu gue yang orangnya pemikir banget over little thing yang tanpa sadar gennya diturunin ke gue juga wkwkwk, gapernah stres whenever gue keluhin gaada pasien. Padahal kemarin kemarin pasien gue ga datang 1 aja doi udah ikutan stres luar biasa. Tapi kemarin semuanya berhasil tertutupi sama berita baik adik gue selama 2 bulan ini.

Yang mau gue bilang, gue sedih, gue tau perasaan adik gue ga lolos 3x berturut turut di pilihannya. Sedih banget karena rerata dia gak lulus di kata nyaris. Nyaris banget malah. But yes, almost is never enough, tho. Gue sedih aja guys.. dengan keterimanya adik gue di stan, beban hidup gue berkurang sebagai anak pertama, sebagai anak yang dibangga banggakan, sebagai harapan tulang punggung keluarga. Gue pengen juga liat adik gue dibangga banggain depan orang lain, depan keluarga gue. beban hidup untuk ngebiayain adik adik gue bisa gue share ke dia, tapi nyatanya qadarullah, Allah bilangnya belum.. hehehe:’)

Yang buat gue kepikiran juga adalah, waktu ini merupakan timing yang pass buat gue nentuin lanjut S2 apa nggak . Gue lagi ada di fase melulusi matrikulasi s1, dan alhamdulillah lulus. Jujur gue capek banget, keteteran banget, tiap hari kerjaannya mau nangis nyelesain semuanya. Walopun di satu sisi gue nikmatin prosesnya. Tapi spp adik gue mahal wkwkwk. Egois banget gue ambil s2 bareng koas gigi yang menguras dompet sedangkan adik gue aja s1 nya belum selesai. Tapi di satu sisi, gue pengen taking a long break 2-3 tahun post dokter gigi dari persekolahan. Gue pengen fokus berkarir. Gue pengen quality time bareng ortu gue. gamau sekolah dulu. Dan hanya ini satu-satunya waktu yang pas buat gue untuk ambil s2, meskipun ngga di universitas impian gue, yang penting kan ilmunya. hehehe

Cerita demi cerita, setelah telfonan tadi, sekeluarga alhamdulillah legowo. Selalu ambil hikmahnya. Selalu tau bahwa ada yang lebih baik dari ini. Tapi gabisa bohong gue sedih sekali. Pengen banget gue shalat tapi lagi gabisa shalat wkwkwk. Bahkan yang lebih sedih dari ini, kalimat penutup dari ibu gue bilangnya “sekolah baik2 nak, cepat lulus" udah ketebak ekspresi gue gimana hehew.


“bisa jadi kamu membenci sesuatu tapi ia baik bagimu”percaya kok sama firman ini. :")
Share:

Kamis, 05 September 2019

Sia

saya menulis ini saat sedang dalam beristirahat dalam rentetan perjalanan ini. ini seperti saya sedang mengelilingi labirin yang dikelilingi pintu pintu terbuka yang tidak ingin saya masukki sejak awal. Meskipun, pada pintu ke sekian yang saya lewati.. rasanya ada gaya magnet yang menarik saya ke dalam titik persinggahan yang ternyata ada kamu di dalamnya. 

begitu lihainya kamu merasuki saya dan segala pikiranku. dalam hitungan detik, tidak terhitung berapa bagian dari kamu yang berhasil menutupi semua celahku, membuat saya menjadi perempuan paling beruntung di dalam pikiran saya. masih teringat jelas beberapa kali kamu menyalakan lampu harapan meski kadangkala ia redup. beberapa kali saya tidur tenggelam dalam pangkuan citamu yang begitu erat hingga saya terlampau percaya. sebab sudah lama rasanya saya tidak membenamkan diri pada perasaan seperti ini lagi, sebab sudah lama saya belum pernah dipertemukan dengan orang seperti kamu, lagi.

sampai pada akhirnya saya pulang. saya terpaksa pulang karena jiwaku sudah kadaluarsa menelusuri pikiranmu, katamu. saya kembali, menelusuri labirin yang lain. beberapa kali saya melewati pintumu, sesekali mengetuk, beberapa kali mengintip, sekian kali mengendap endap mencoba masuk kembali. Namun setiap kali saya melewati titik persinggahan milikmu, ini seperti saya sedang mencoba mendobrak paksa pintumu yang sudah membatu untuk saya masukki. saya lupa, bahwa tuhan pernah menyebut kita ini sia-sia.
x
Share:

Kamis, 15 Agustus 2019

Aku dan segala perasaanku


HAI GUYS JUMPA LAGI dengan awindaps!yey. daripada pake gue, se mau pake se kali ini karena se lagi nyaman pake kata se dibanding kata gue. Jadi akhir akhir ini gue hectic koas. Antara malas dan mulai menghadapi titik jenuh though eventually gue bakal maksa diri jugak. Tapi jujur gue lagi capek, banget T.T

So im currently magang di klinik dosen gue dan terikat seumur koas gue. Jadi kalau gue udah dokter gue bisa bebas 3x seminggu. Pulangnya ya jam 10-12an malam. Sabtu minggu gue kuliah s2. Gue juga masuk dalam organisasi dewan mahasiswa profesi. Kalau dipikir pikir lagi gue sih yang salah dalam hal ini, taking too much things. Tapi sebenernya gue hanya ingin mengatasi perasaan perasaan tidak bermanfaat, waktu yang terbuang sia-sia. Sederhananya gitu.. walopun iya gue tau gue salah.

Dan lagi, gue pengen cerita lagi. Udah setahun ya.. iya udah setahun. Gue masih winda yang sama. Who is taking everything too deep. #buatyangtautauaja padahal, setahun yang lalu gue pengen juga kayak orang orang yang cerita kkn nya free banget tanpa ada perasaan bersalah, tanpa ada yang mengganjal, tanpa ada perasaan sedih dan sebagainya. Gue pengen banget juga reuni tanpa ada yang mengganjal, tanpa ada masalah, mengenang bebas soal kkn kayak yang lain. Iya mau juga. hehe

Yaa.. gue kangen aja denger ammar aka kordes berantem sama lia. Gue kangen sifat ibuk posko yang ngayomin banget. Gue kangen setempat tidur sama alifah beralaskan papan. Gue kangen banget setiap kebablasan tidur karena capek pasti gue bangun udah dengan selimut, or vice versa. Gue kangen aja masak di dapur. nyuci piring. Potong sayur. Nyuci sayur di hari ultah gue tanpa sadar yang gue masak adalah sampahnya et kausa gue senyum gajelas sepanjang hari. Kangen begadang sampe tengah malam karena proker, atau minjem lcd pak lurah mau nobar sambil buat sarabba. Kangen makan bareng. Kangen semobil bersebelas, ke swalayan yang terkenal di desa itupun udah seneng banget. Kangen nyanyi nyanyi bareng. Kangen berantem. Kangen ketawa terbahak bahak. Kangen banget.

Sampe sekarang rasanya semua udah gue anggap sodara. 49 hari bareng, 24 jam. Makan makanan yang sama, tidur di tempat yang sama, mandi dengan air yang sama. Gimana gue gasayang sih sama orang-orang ini? Kadang gue pengen ngutukin diri sendiri, kenapa juga gue harus meladeni apa yang gue rasain dan at the end gue kehilangan orang yang gue sayang. Dan mungkin, kenapa kenapa lainnya. Teruntuk bapak jokowi, sejujurnya perasaan saya masih sama pak sama rakyat bapak. Omg dasar aku.

Share:

Sabtu, 22 Juni 2019

Selesai dengan diri sendiri

Entah kenapa kata-kata “selesai dengan diri sendiri” echoing to my ears for these few days.. sederhana tanpa banyak ribet kata kunto aji, that deep too..

Yang gue denger, untuk berorganisasi kita harus selesai dengan diri sendiri dulu baru bisa ngurusin, wadahin orang lain. Yang gue denger, untuk magang di klinik lo harus bisa selesai dengan diri lo sendiri dulu baru bisa magang. Artinya, seberapa hancur day lo paginya di koas, seberapa sedih dan buruknya hari itu.. lo dituntut harus bisa mengabaikan itu dan working as it never happened.
Ya kayak juga koas gigi.. mau lagi dimarahin, mau gaada uang, mau hati lo hancur lebur, mau lo sakit, mau lo kurang tidur, gue expected harus punya make up yang ceria depan pasien-pasien gue. Harus bisa komunikasi dan hibur pasien by ignoring your own mood.

Hanya curcol dikit karena di twitter ga enough kalau curcol sepanjang ini. But as for me, an introvert’s mind never sleeps. They would even never “selesai dengan diri sendiri” atas berbagai perkara yang terjadi di hari itu pasti dipikirin all day. Me my self too, but i force to be. Ah iya, happy ramadhan bloggies<3 walopun telat hehehe
Share:

Selasa, 26 Maret 2019

Psychologically saying...

So guys kali ini gue bakal bahas permasalahan koas gue kemarin. After hampir 3 bulan ini... akhirnya gue ngerasain nangis nangisnya koas kayak gimana. Wajar emangsi kalau orang-orang pada bilang koas gigi kayak neraka ya emang iya. Semasa preklinik gue hampir gapernah nangis, h-5 hari seminar hasil gue bermasalah sama kepala bagian dan dibentak-bentak, surat seminar hasil gue hampir ga keluar karena harus ada ttd beliau, tapi gue ga nangis sama sekali. Gue dituduh nyontek sama dosen gue ga nangis sama sekali. Tapi kemarin gue nangis sampe terisak-isak. Lebay HAHA

I know setiap penjurusan or even bidang gapernah ada yang enak, semua pasti punya lika liku. Koas gigi juga kayak gitu, di satu sisi lo datengin pasien sendiri, nyari pasien sendiri, pada satu kondisi jemput dan pulangin pasien sendiri, dan make sure jadwal pasien lo harus bersesuaian sama jam kedatangan dokter. Ya gimanapun sulit. Nyatuin jadwal pasien, dokter, and dirimu sendiri. Selain itu make sure juga lo ga keliatan bego saat ngelapor di dokter, dan saat ngerjain pasien. artinya siap sedia belajar. di satu sisi pula lu dituntut selesain requirement meanwhile administrasi rumah sakit ribet, dari regist-sampe pembayaran yang bisa makan waktu sejam buat antri. Beruntung ketika dalam momen antri itu dokternya ga pulang, atau pasiennya masih cukup sabar. Kalau nggak? Kebayang kan gimana “nyiksa” nya?

Gue memasuki bagian orto. Orang-orang pada sebut sih behel. Prosesi behel itu memakan waktu berbulan-bulan perawatan, jadi make sure pasien yang kita ambil ga bakal lari dalam waktu bulanan dan komitmen. Kalau lari? Apes dong. Ngulang lagi. Prosesinya juga ribet, cetak dulu, administrasi, acc, cetak lagi, analisis lagi, acc lagi ke dokter. Setelah pembicaraan kasus di hadapan umat koas dimana dirimu bisa saja dibantai abis abisan karena salah ngitung atau salah analisis. Di pembicaraan model kita talking tentang rencana perawatan, semisal dalam pembicaraan tersebut gue menjanjikan buat mundurin giginya sejauh 3 mm ke dalam, jadi rencana perawatan gue harus sesuai dengan realisasinya. Dan kemarin gue ngelakuin hal tersebut.

Gue ngebasis sendiri (nempel nempel semen; ibarat kerja tukang) di model gue sampe jam 2 subuh. Gue booking ruangan. Gue dateng setengah jam sebelum kedatangan. Gue ngeprint absen. malemnya Gue ingetin anak-anak untuk kirim pptnya ke dokter. Dan saat presentasi, PM gue dibatalin sepihak. Dengan alasan ppt gue ga bagus dan kelebihan baris padahal hanya soal pemeriksaan yang barisnya per poin aja. Wajar gasih? Dan menurut gue secara subjektif gue paling siap buat pembicaraan model, karena rencana perawatan temen2 gue yang berhasil lolos ga seideal ekspektasi, masi banyak celahnya juga. Tapi karena alasan ga logis seperti itu gue batal. Gue sakit ati laaaaaaah, dan gue berusaha aja buat sok tegar sok kuat depan audience koas dan para kakak kakak koas. Bayangin dari 5 orang, gue 2 orang dibatalin. Di hadapan orang banyak.

Setelah audience bubar gue kuatin hati buat maju ke dokter tersebut. Yang terkenal aslinya emang baik seantero jagad kandea. Dan tiba tiba dia ngelemparin kata-kata “kenapa kamu malas sekali buat ppt yang kayak punya teman temanmu?” pedes hati gue gengs denger kata-kata tersebut. Bcs malemnya gue pc doi dan doi minta dikirimin ke email dan udah diread doang. Dalam hati gue pengen banget teriak “sudah saya kirim di emailta dok” dan rangkaian kata-kata tersebut tumpah bersama air mata. Gue nangis depannya doi. Bukan karena gue pengen dikasihanin, tapi karena gakuat. Karena gue sakit hati to the max. Karena ini ambang pintu perjalanan pasien gue dan dibatalin gitu aja. If only he knew how i struggle to be in this point...

Semua temen gue bubar kecuali 1 orang. Cowok. Namanya D. Gaperlu gue jelasin dan dia juga lolos. Kata-kata yang dia utarakan dan temen2 gue yang lolos kayak gini:

“yang penting nda sendiri. Kan berdua jitoh yang nda jadi” easy emang sih kalau lolos presentasi saat ituJ
“Semangat nah. Bukan berarti gagal di semuanya” easy emang ya berkata-kata

“nda boleh ko nangis. Harus ko liat kakak yang dibatalkan padahal dia lagi kejar ujian. Ujiannya nda keburumi” easy emang kalau bicaranya post pm dan berbahagia lolos. You did not feel the moment. perbandingan will not ever work at that very moment.

Maafin gue ketus. But honestly whenever you face kasus seperti ini, temen-temen lo yang lagi sedih gapernah butuh kata “semangat” ga pernah butuh kata “sabar, kuat, tabah” tapi psychologically saying lo butuh orang yang ngerti perasaan lo. Yang ngerti gimana rasanya jadi diri lo. Paling-paling ujung ujungnya, sok care. Maafin gue ketus sekali lagi.

At the end karena nangis terus, gue balik ke kosan padahal gue harus minta ttd lagi jam 4 tanda kehadiran. Gue tidur dan ga kerja pasien sama sekali. Gue balik RS jam 4 dengan mata super bengkak (maybe lo udah tau gue gabisa sedih, karena gue nangisnya totalitas sampe mata gue ketutup karena bengkak) terus teman2 pada nanya “awin kenapa?” ofc, i wont answer. Gue gasuka sebenernya ketahuan kalau lagi sedih. But my eyes cant lie. I cried lagi.

It is adel who makes me cry. Jadi gue cerita singkat aja  “Pmku batal”sambil gue bisik si adel.
 “i guess no one would understand” sambung gue dalam hati. Tapi nyatanya gue salah pandang kali ini. Adel perempuan polos yang ga banyak tanya ga banyak bicara. Dia ngeliatin gue sambil senyum getir “nangis mki awin. saya juga pernah seminar hasilku diulang 2 kali. Dan yang kedua kalinya dibatalkan. Saya menangis besar” satu kata penutup yang buat gue pengen meluk adel saat itu. Dia ga bilang semangat, dia ga bilang sabar, dia gabilang masih ada PM yang lain. Tapi dia ngerti. Dia ngerti apa yang gue rasain.

Saat itu gue gakuat. Gue nelfon ibu gue dan ceritain semuanya. Ibu gue responnya “sendiriji dibatalkan PM nya? menghadap mki lagi sekarang nak, biarmi saja dimaki2 diam saja” but gue merasa bukan ini yang gue butuh. Saat seseorang sedih dan lo kasih solusi atau bertanya soal alur kejadiannya, honestly it will not ever work. As for me. En gue matiin telfon ibu gue karena hal tersebut buat gue tambah nyesek aja bcs ga mungkin banget gue menghadap dengan hati yang tidak karuan, dengan mata yang super bengkak.

Dan sepanjang hari gue ditelfon ayah dan ibu because mereka worrying so much. Gue ga angkat karena hp sengaja gue airplane mode. At the end gue angkat telfon ayah habis maghrib. He didnt say so much. Only 6 minutes but it really works.

“istighfar saja nak, baca doa supaya hatinya dosennya bisa diluluhkan, minta sama Allah, supaya dia luluh dan mengasihi seperti anaknya sendiri” I cried lyke much HAHA

“tidak apa apa, mahasiswa memang begitu. Ayah juga pernah diusir dan dimakimaki” I CRIED TOO MUCH MORE

“ayah doakan saya dan. Doakan saja saya supaya lancar”

“doanya ayah tidak pernah putus”

Gue nangis lagi. Bahkan ngetik inipun gue nangis lagi terharu H3H3. Gue cerita lagi ke kakak senior gue yang gue anggap pengertian bet, cowok, dan dia Cuma bilang “KO KAYAK TIDAK PERNAH HIDUP DI KANDEA SAJA. BARUJI 3 BULAN CUPUMI. MASI BANYAK AJANG LIKA LIKU YANG LAIN. BOHONG KALAU SELAMA KOAS TIDAK PERNAH BERURAI AIR MATA. Percaya saja konsepsi rezeki, tidak pernahji salah alamat. Jalani saja” setidaknya gue tenang banget.

Hoiya tadi gue pulang klinik almost tengah malem masi dengan snelli by gojek. Terus gue kelupaan helmnya. “misi mba helmnya” “oiye mas maaf lupa” “capek sekali mki itu di” gue senyum lepas.

Apaya.. bahagia itu sesederhana dipahami. Sesederhana dimengerti. Sekian.
Share: