Rabu, 18 November 2020

curhat aja

It is d-30 to another biggest day of my life. this must never be easy for everyone, included me. meski ku menanggapinya dengan santai, tapi tetap banyak hal yang gue ga pengen terjadi, malah terjadi. included, those who thinks they have a-full-rights to spread this.

gue tau kalau ini kabar baik kok. i mean who doesnt. but im avoiding all the negative emotions wholl come within. karena manusia tetaplah manusia. punya pendapat, punya pikiran, yang kadang mereka gemes mau sampein tapi ternyata tanpa sadar nyinggung dan nyakitin. parahnya dijadiin bahan gosip.

and for those, yang pinter nyimpan makasih ya. i live up a life which mostly consists of negative emotions. I respect privacy at the highest cost. dan kalaupun gue mo cerita, gue bakal cerita dengan sendirinya. 

I dont know. during this critical time. I felt like all the wounds in my high school's memories were opened up. and i wanna share this, only if im ready, alrd. i am sorry everyone. hope you gotta understand, at least when it comes closer to your wedding day.

Share:

Selasa, 11 Agustus 2020

Keputusan

siapa sih yang ga pernah ambil keputusan dalam hidup. semua orang pernah kan ya. termasuk kamu yang lagi baca ini, atau pun diri saya sendiri. semakin tua, semakin banyak keputusan yang harus diambil dalam hidup guna melanjutkan kehidupan. karena hidup penuh dengan pilihan pilihan yang rumit tapi harus segera dilaksanakan, because, time doesnt wait.

tidak apa apa, jika satu hari kamu pernah berpikir beberapa kemungkinan bisa terjadi jika kamu tidak berada di titik ini. karena kita juga manusia yang dianugerahi akal dan pikiran. adalah wajar ketika kita menerka-nerka kemungkinan, tapi tidak menyesali pilihan apapun yang pernah kita buat dalam hidup, asal tidak bertolak belakang dengan prinsip kita. asal tidak merugikan banyak orang. asal buat kita nyaman.

pun dengan saya sendiri. seperti halnya tidak pernah menyesali diri tidak menjadi dokter umum. bukan, maksud saya tidak mengambil ujian lagi di tahun kedua setelah saya kuliah di fkg. meski kemauan saya masih sangat besar menjadi seorang dokter umum. sampai detik ini, ketika saya hampir menyelesaikan studi di fkg. tapi yang selalu saya pikir yakni, kalaupun rezekiku adalah sebagai dokter umum, pasti Allah sudah lebih dulu menggerakkan hati saya sekuat mungkin untuk berpindah. tapi ternyata tidak begitu.

tidak apa-apa, jika setelah pengambilan keputusan besar kita merasa sedih harus meninggalkan beberapa hal di belakang. saya pun. dalam hidup saya tidak pernah ingin merasa menyesal akan beberapa hal yang sudah saya putuskan. sehingga saya begitu teliti dalam memilih. way too picky, even little thing. oleh karenanya, misalnya, dalam hubungan saya tidak pernah mau meninggalkan duluan, jadi saya lebih memilih ditinggalkan. tapi nyatanya, untuk pemilihan keputusan kali ini saya merasa benar benar kuat untuk meninggalkan dan memilih pilihan yang insyaaAllah tepat. karena sudah saatnya berbenah, sudah saatnya memulai lembaran baru.

kunci dari segala hal setelah pengambilan keputusan, yakni berserah dan menerima. karena manusia memang terbatas. saya tidak pernah meragukan Allah dalam doa saya, karena sebelum lulus SMA bahkan setahun sebelumnya, lebih dari lima kali sehari saya mendayu doa untuk bisa duduk di FK nyatanya Allah menempatkan saya di fakultas sebelah. begitupun dengan perasaan, saya berdoa dengan nama yang sama bertahun tahun, tapi beruntungnya doa saya semuanya dijawab dengan hal-hal baik. semuanya hanya persoalan penerimaan.

hingga pada suatu fase kritis hidup saya kemarin, saya membaca suatu postingan seseorang. Ali bin Abi Thalib berkata "saya berbahagia jika doa saya dikabulkan, namun saya lebih berbahagia lagi ketika doa saya tidak dikabulkan, hal itu berarti Allah yang telah memilihkannya untukku"
Share:

Selasa, 04 Agustus 2020

4th of August

as this is going to be my last birthday being single.. gue pengen nulis a super special writing right here. diawali dari mellow pagi pagi karena mikir gue udah mau nikah. satu keputusan besar yang pikirnya tidak semudah ini gue putuskan dalam hidup. it was just like, gue mau tidur siang apa nggak?jawabannya ya pasti tidur. kayaak gitu kira kira.

bagi gue pernikahan adalah fase yang luar biasa dalam hidup. meskipun sejak kecil gue impiannya nikah. bahkan dari pertama gue pacaran sama pacar pertama gue yang hanya berumur kacang hijau (aka 1 bulan) gue dreaming out of marriage. this is a sincere wish. dari satu tempat ke persinggahan ke persinggahan yang lain, karena in doing everything ku tidak bisa just go with the flow, i should know where this is gonna end, with all the consequences and risks. and yes, i have been preparing, everything since long ago.

sekali lagi, pernikahan bagi gue sebuah bahtera besar yang bakal lo jalanin seumur hidup. pastikan nahkodanya kudu orang yang kuat dan yang baik. kalau dulusih gue mikirnya asal gue sayang, ill do anything for you. gapapa gue yang jadi tulang punggung asal aku yang jadi tulang rusukmu BHAHAHAHK. agak agak bego sih. yatapi namanya proses kan ya.

sampai di fase ini, gue jadi mellow tiada tara. 22 tahun. gada sih menurut gue usia yang terlalu muda atau terlalu tua untuk memulai pernikahan. tapi gue jadi berpikir sama Allah, kayaknya emang gue ditakdirin jadi multitasking seumur hidup. koas, s2, dan nikah. meskipun tahun depan insyaaAllah gue sisa bayar hutang 2 bagian+thesis. tapi gue yakin Allah lagi nyiapin skenario terbaiknya buat gue.

yagitu
Share:

Rabu, 22 Juli 2020

Privileges

Kata privilege mulai populer sejak 3 tahun terakhir. alasan gue nulis topik ini karena... film crazy rich asians, thread tentang pak nadim, dan juga kehidupan pribadi. wkakak monmaap. yauda yuk dibahas.

Semua orang pernah merasakan bahwa setidaknya mereka pernah bertemu satu orang dalam hidup mereka dengan sebuah privilege. kadangkala, privilege membuat kita berpikir hidup seolah tidak adil. yatapi...gue gabisa bohong gue juga berasumsi sama. hehehe. because for some things, we dont get to choose in life.

dalam hidup, gue adalah salah satu anak yang lahir dengan privilege untuk satu dasawarsa hidup gue. ayah dulu seorang pimpinan proyek&kepala dinas belasan tahun. dan syukurnya hal ini dimanfaatin oleh ibu gue agar gue bisa mengenyam pendidikan dimana saja. gue les sana sini, kursus sana sini, everything to be developed. gue mengenyam banyak hal, dalam satu dasawarsa pertama kehidupan gue.

karena seorang anak dari pejabat, gue cukup terkenal di sekolah dasar dulu. gue selalu berpikir kalau gue ga pinter. yang tak lain hanya karena subjektifitas guru guru aja. gue gapernah dipukul sedikitpun sama guru. gue gapernah tuh dapet nilai yang ga tinggi. gue dicap jadi anak yang wow. with all the privileges, i had. gue ngikutin lomba sana sini meskipun gapernah menang. eh pernah deng, sekali. kompetisi SD (eh btw baru inget gue menang 3x berturut turut lomba aritmatika wkakak)

gue ternyata udah dipenuhin negativity dan suspecting everyone sejak kecil karena setiap guru yang bertemu gue selalu menanyakan ayah atau ibu. karena gue bersekolah dasar di deket rumah, ga banyak orang having a good privilege as good as i was. jd gue selalu menganggap gue gapinter. mereka aja yang berlebihan. (whoever you are reading this, pls identify what did happen to the little me?)

hingga saatnya ayah pindah jabatan. gue mulai sadar hidup itu kayak gelombang ekg. my 11 years-old-self. secepat itu gue berpikir dewasa. juga mungkin karena gue punya saudara "lain". sekali lagi, we dont get to choose. the day i started mengusahakan everything by my own self. meski yang bikin gue sedih orang tua gue juga selalu ada di belakang gue mengusahakan segala sesuatunya (you dont say bgt ini:") gue masuk 10 besar SMP. bebas biaya. karir gue mulai berjalan mulus disini sampai SMA. atas kehendak Allah juga sih, satu anak tangga rupanya menjadi anak tangga yang lain, satu mimpi mewujudkan mimpi yang lain, gue akhirnya berada di tempat ini. fkg.

di fkg... ya kalian tau sendiri ya gimana. anak dosen peternakan masuk fakultas peternakan. anak dokter, ya jadi dokter juga. or setidaknya punya keluarga dokter. dan gue? nggak sama sekali. ada, dua orang, itupun sama-sama om dari ayah, dan om dari ibu. masing masing dokter kulit dan dokter kandungan. dan untuk sampai di tempat inipun,  yang gue punya hanya kemauan dan juga alhamdulillah berkecukupan. nggaksih, maksud gue for those yang punya tiga hal penting keturunan, jabatan, dan finansial yang berlebih. i did not own it. for sure.

sejujurnya gue kadang pengen protes aja, kok mereka yang hanya punya finansial berlebih gaperlu bersusah payah masuk. kadang juga gue berpikir gue pun bisa jadi dokter umum, dengan bayar sekian ratus juta, kalau kondisinya gue crazy rich atau anak terakhir. yague pengen protes aja, gimana dengan orang orang yang mengusahakan segala sesuatunya dari keringat dan air matanya sendiri. wkakak jadi mellow lagi.

Thread semalem yang gue baca adalah "semua orang bisa kok jadi pak nadim" mengusahakan segala sesuatunya dari diri mereka sendiri. Maudy Ayunda juga gitu, bisa kok semua orang jadi dia. but.. tidak semudah itu, ferguso. lagi lagi soal privilege, privilege was just like a starting point. setiap orang punya garis start yang berbeda. pak nadim seorang lulusan harvard, dengan orang tua yang juga merupakan lulusan harvard di tahun segitu. where sekolah aja dulu susah banget. sekelas hotman paris pernah bekerja langsung sama bapak pak nadim. pun dengan maudy ayunda yang didukung finansial berlebih. gimananih jadinya?

Crazy rich asian juga mengingatkan gue soal kisah percintaan gue yang buat gue merasa ga deserve anything. so... dari hal ini, gue udah bertekad, dan kalian juga harus bertekad, membangun usaha dari nol, dari keringat dan airmata sendiri untuk sebuah privilege. setidaknya untuk anak-anak kalian kelak. gue percaya anak-anak dengan privilege selalu lebih percaya diri dalam hidup, and it was good for their own growth. so they dont have to doubt anything, on every decision they made, on every way of life they choose, and anything else.

Privilege yang ibaratnya sebuah garis start. bandingin hidup hukumnya sangat perlu sebagai motivasi, tapi jangan lupa kalau kita juga berangkat dari garis start yang berbeda. mungkin ada yang berangkat dari nomer 9, tapi kita berangkat dari angka 3. jelas berbeda prosesnya. so, yang gue harap jangan putus asa berjuang ya. Allah itu dekat. Janji Allah sifatnya pasti. Semangat!
Share:

Selasa, 21 Juli 2020

Keterkaitan

sejak blog ini ada.. kontennya bervariasi. bisa isi pikiran, isi perjalanan, isi lawakan, tergantung mood saya. tapi setelah saya mengulasnya dengan seksama, blog ini ternyata sudah berubah menjadi penyalur isi pikiran saya secara utuh. pikiran yang menjelma perasaan kemudian bermetamorfosis lagi menjadi kata. rasanya, tidak enak jika terus menerus menjadi lemah oleh masalah. tapi bukankah ini yang menjadikan kita seorang manusia?

terkadang, apalagi sejak kuliah, saya merasa malu jika harus sedih. apalagi soal cinta dan perasaan. saya malu jika memiliki masalah. tapi sesampainya menjadi koas, saya mengerti bahwa masalah itu memanusiakan. setiap hari kita memiliki masalah. sampai saya terjerumus kepada toxic positivity dan menjadikan saya merutuki diri terus terusan hampir setiap hari. merasa depresi oleh keadaan. merasa tidak siap menghadapi hari setiap paginya. merasa insecure. merasa hidup seperti bipolar karena mood berubah drastis, pikiran kacau, hati ingin menangis, dan seperti ingin berteriak lelah setiap hari. ketakutan.

saya sering bergelut dengan perasaan. istilahnya, saya seperti sedang berputar mengitari hal hal ini saja. apalagi, cinta. perlahan saya harus memulai dengan penerimaan. karena ini, merupakan hak prerogatif saya sebagai manusia. dibanding menganggap konsen ini sebagai sebuah kutukan, mengapa tidak saya anggap saja ini sebagai pemberian? pemberian yang baik. suatu keberkahan. karena yang saya pikir, tidak semua orang paham dengan cinta, dengan perasaan mereka sendiri, seperti tidak semua orang memahami matematika. oleh karenanya saya ingin menjadi salah satu yang selalu ada, bagi mereka tipikal orang seperti saya, dan untuk orang lain yang berpikir bahwa cinta dan perasaan itu hal yang tabu.

saya sering terkait dengan beberapa hal, yang saya pikir pertanda dari Allah. tapi tidak pernah jelas apa maknanya. berawal dari hubungan saya di masa sma, yang mungkin menjadi batu loncatan saya untuk sampai di detik ini. Maha Kuasa Allah dengan segala petunjukNya, menuntun hati saya untuk memimpikan bapak dari teman saya ini 3 hari berturut turut sebelum pemilihan jurusan. tidak sampai disitu, sayapun dipersatukan bersama sepupu dari teman saya ini dalam satu posko KKN. diantara ribuan kemungkinan yang ada. sampai pada detik inipun, melalui beberapa acara dan event, saya seringkali dipertemukan secara tidak sengaja dengan kedua orang tua teman saya ini. bukan hanya satu dua kali, namun berkali kali. Yang entah saya pikir, mungkin ini pertanda bahwa ia adalah jodoh saya. namun, bukan ternyata.

kali kedua, terjadi ketika saya merajut hubungan dengan seseorang lain . ketika saya melihat dia, saya melihat diri saya sendiri, secara utuh. pernahkah kalian membayangkan, ketika kalian bertemu seseorang dalam satu lirikan mata kalian bisa mengerti pikiran dan perasaan yang ada pada diri mereka, tanpa berbicara satu sama lain? seperti itu kira-kira yang saya rasakan. saya selalu merasa sulit dimengerti oleh orang-orang, tapi tidak dengan orang ini. juga, hubungan keluarga dari dosen pembimbing skripsi saya, secara langsung. bagaimana tidak jika saya berpikir bahwa ini seperti, takdir? tidak sengaja terkait dan tinggal pada satu tempat selama 49 hari. sampai detik inipun, saya selalu merasa beberapa ketidaksengajaan seperti ingin menjelaskan sebuah keterkaitan yang kita miliki. meski pada akhirnya, saya tahu kita tidak bisa bersama oleh karena dinding-dinding yang oleh saya tidak begitu kuat untuk ia tempuh lebih jauh. perbedaan ragam status sosial, dan budaya. juga soal penerimaan.

Keterkaitan, kebetulan yang berulang. tidakkah kalian berpikir bahwa ini sebuah pertanda? atau hanya sebuah kebetulan. pun sampai sekarang, saya selalu berpikir, benar bahwa terkadang saya harus selalu acuh terhadap hal-hal ini, karena dalam hidup pun, saya menyaksikan beberapa orang masih beraktivitas bersama, mereka pernah saling mencintai namun tidak satu atap, dan hal itu tidak berarti apa apa bagi mereka. satu kebetulan yang menggait kebetulan lainnya, tidak harus selalu berujung takdir, ternyata.
Share:

Sabtu, 18 Juli 2020

Sugeng Tindak, Eyang!

ada yang selalu kaya
tanpa kaidah
sebut saja dia olehmu
aksara

diramu oleh kata
disajikan dengan rasa
disuguhkan sebagai karsa

tidak perlu bersusah menyelami makna
karena sekalipun
wujudnya tak pernah dangkal

sederhana
seperti puisimu
yang menghujan
di bulan juni

namun tabah
seperti pergimu
yang menghujam
di bulan juli

kini ia aksara sudah berjumpa
dengan ia yang menulis dengan cinta

kini ia ksara telah menemui
kepada ia yang berbahasa pada abadi

selamat jalan eyang
yang tak pernah lekang

yang fana adalah waktu,
aksaramu abadi!
Share:

Kamis, 18 Juni 2020

berdamai dengan diri

After all these years,setelah gue menggeluti passion over thinking.. i kept thinking kalau gue susah berdamai dengan beberapa hal sampe ketemu hal baru. Kerapkali menyalahkan diri, padahal semuanya di luar kendali kita. Hingga gue sampai pada satu kesimpulan,

ternyata kita tidak pernah benar berdamai dengan sesuatu. kita hanya sedang menggeser fokus kita, atau mendapati masalah serupa yang bentuknya lebih besar dari ini, sampai kita lupa sama rasanya, sama perasaannya.

sama seperti mencintai, kita tidak pernah benar benar melupakan, hanya saja ada cinta dan perasaan serupa yang lebih besar dari sebelumnya. setelah kita sakit, kita butuh kekuatan lebih untuk bangkit. Kekuatan lebih itu membuat kita lupa bahwa kita lagi punya luka. 

kalau kata orang waktu akan menyembuhkan, benar, waktu akan menyembuhkan dengan menemukan. menemukan sesuatu yang sifatnya lebih baik atau lebih besar dari ini, supaya kita lupa, supaya kita yakin bahwa kita akan selalu lebih kuat, dari masa ke masa.



Untuk kamu yang sedang berdamai dengan diri, sabar ya. yakin dan tabah. semuanya pasti lewat. semoga segera menemukan:)
Share:

Minggu, 07 Juni 2020

HHHHHHHHHHHHHH

Gue masih setouchy dulu. dulu sifat beginian pernah hilang saat gue lagi sibuk-sibuknya kuliah. nangis aja, gapernah. gue mendadak jadi orang yang kepala batu. nah perasaan ini kembali membludak saat gue koas. gue pernah dipertemukan sama seorang pasien, bapak-bapak. dia selalu ingin giginya dirawat. beberapa kali dia bolak-balik RS, bukan rezekinya untuk dirawat. selalu saja kendala tekanan darah tinggi atau operator yang tidak ada. but one thing, dia sangat suka sama gue (dalam hal baik) umurnya 60tahunan ke atas but seemed like 50. selalu bergandengan sama istrinya yang notabene istri keduanya. i can feel that he loves me, that bad. sampe dia pengen banget jodohin gue sama anaknya, bahkan sampe skrgpun masih suka hubungin gue. "saya suka sekali sifatta nak, jagaki nah sifatta. jangan berubah" doi rangkul gue (padahal ini orang lain) gue anti banget disentuh sama cowok sejak kuliah, apalagi sama orang yang gue gakenal sama sekali. terus bapaknya minta foto dan pamit pulang. guess what?gue juga ikutan pulang dan nangis bombay. cheesy bgt gasiiiih. gue bisa ngerasain kalau doi tulus. dan gue sayang. kalau gue sayang sama orang, gue cuma bisa nangis. aneh bgt:")


Currently, gue lagi deket banget sama om gue whom is sepupu ibu gue. dikatain sepupu kayak jauh bgt padahal ngga. tetanggaan dari kecil sampe nikah. terakhir gue catching up saat sd, dan sewaktu mau kkn. kita ga deket deket amat karena satu dan lain hal, we made up spaces for years.hingga tiba saatnya, beliau datengin gue ke Makassar for the first time. mau ngga mau gue iyain, karena urusan penting yang gue gabisa jelasin disini. so the story just started here


om gue tajir. but thats not the thing. gue selalu berusaha showing him kalau gue gapernah sayang dia karena uangnya, apalagi jabatannya. mayan cakep dan putih bersih dan rapih. gue seneng banget liat cowok kulit putih, dan rapih. HAHA. naah selama di Makassar, we did a deep talk. he shares all his live stories, and i shared mine too. dan kita jalan dan makan di mall. gue lagi ngerasa jd sugar baby sih malem itu karena gue diharuskan belanja apapun yang gue mau, meanwhile omku sangat penyayaaaaaang. kebangetan. gue gatau sih kalau sama orang lain gimana. tapi kata ibuku memang dia seperti itu, but i rarely saw him doing the same thing to others.


sepanjang perjalanan tangan gue digenggam sampe gue nyampe di kosan. gue baru tau dia suka meluk. well i was born di keluarga yang super penyayang. trust me. tapi ternyata gen gen penyayang itu hanya nyampe di gue. dan sisanya di sepupu2 ibu gue. love languange yang kayak gitu di ibu gue aja gakena. apalagi ayah wkwkwk. rasanya gue selalu dapet gen aneh, kalau menurut gue sih ya. just like mata yang lumayan sipit, alergi debu dan dingin, dan ini iya, gen penyayang yang gue gatau asalnya dari mana. well you may asked nayla how many times i kissed and hugged her in a day, and i have always got complained bcs i have always treated her like she was 3. padahal sudah 10 taun.


nah. i love him for all the way he treats me. sejak saat itu kita telfonan selama kurang lebih 2 minggu. gue ngerasa punya pacar yang selalu nelfon sampe gue or dia ketiduran. pada saat nyampe di palu or jkt pun gue orang yang paling pertama di hubungi. we laugh to each other's jokes. receh bareng, dan diskusi bareng. totally about life, yang bikin gue tambah sayang sama niorang. kirimin gue hadiah jam. and another surprises. at the same time gue ngerasa lagi punya pacar. indescribable pacar. malahan setiap orang yang knew the way we communicate or see us in real life selalu bilang kayak kita lagi pacaran. dia aja ngaku kalau gue pacarnya ke tante gue, semalem aja di mobil cerita udah setengah jam dan dia ngaku kita lagi pacaran zzzzz dan.. i cant deny. gue baperan.


depan seseorang pun gue selalu dipeluk. semalem gue dipeluk depan orang-orang penting yang bikin gue keki. katanya tujuannya meluk biar gue ga kikuk. bcs he knew that i have got sometimes socially awkward. yang ada gue tambah kikuk. dia agak lumayan sotta buat nebak isi kepala gue tapi beneran memang bener. i hate that you know that makes me fall for him. when we talk or even when we argue, dia selalu megang tangan gue. mijitin tangan gue. ngelus gue kayak anak kecil. kissing my head. HHHHHHHHH menggilakan. i think that this is normal untuk seorang om, but this is like, guys too much. gue gabisa diginiin. sumpah.


depan ibu gue aja semalem, hampir sejam gue dipelukin sambil dia cerita sama ibu gue. I cant. ibu gue aja sampe bilang "mesranya winda. "si itu nda marah?" or be like ibu sedih liatnya ternyata doi sepenyayang itu or IBU CEMBURU ada yang dipeluk terus" hahahaha. masalahnya adalah, gue gabisa sayang sama orang. kalau gue sayang sama orang gue sayang banget gamainmain :(( jadi kalau om gue ni ilang atau gada kabar sehari aja gue pengen nangis kayak abis diputusin. childish banget. posesif as hell. i hate it.


its scary to have a love language seperti physical touch i guess. yang pernah gue baca tipe orang kayak gue adalah orang yang sensitif dan mudah nangis. i never like that part. dan gue sedang berusaha untuk ngga ngelibatin perasaan gue kalau tangan gue digenggam kalau cerita or even when he hugged me that tight.


kemarin ultahnya dan gue tambah sayang.
gue cuma pengen bilang.


through our hugs, through our meeting heartbeats. i want you to know that i have always whispered my best prayers so it would flow out through your veins. i love you beyond i have ever told you. and i promise to be there for you, watching you jadi botak, and older. ill be taking care of you like i need to do to my parents. wish you a whole happiness. ku sayangnya ini orang yaAllaaaaaah:(help.
Share:

Minggu, 31 Mei 2020

Jadi?

Jadi...
Selamat berjumpa lagi pada pertemuan ke sekian, yang bisa dihitung oleh jari.
Saya sedang terengah-engah mengejar seorang staff yang berada pada ujung kampus.
Sedang kamu sedang gagahnya duduk berdiam diri di taman Hipokrates.

Dua mata yang seharusnya tidak ditakdirkan bertemu.
Seperti biasa, kamu yang selalu bisa membaca keadaan bangkit dari peraduan dan berjalan bersamaku.

Tapi tidakkah kau lihat bahwa nafasku sedang terombang ambing?
Tidakkah kau tahu bahwa hatiku sedang gugup berjelantahan melawan perasaan yang saya tidak tahu apa?

Riuh mata cokelatmu tumpah di tengah deru air yang berjatuhan
Pemilik perawakan yang menenangkan, ayo bertemu lagi.
Tumpahkan senyum itu hingga saya jatuh sejatuh-jatuhnya.


Makassar, Agustus 2017
Share:

Selasa, 28 April 2020

Ruang Tunggu

“Sudah seberapa lama? Apa kurang lama?” mereka berbisik seolah tidak ada yang mendengar. menggaung sampai ke ulu hati.
tempat persinggahan ini kembali rasanya tidak aman. beberapa kendaraan turut lewat dan tetap dengan hati yang ragu jawabku sama; tidak, terima kasih.

Sebentar lagi hujan reda. Gusar dan gelisah. bukan panas perpisahan yang ku takuti, namun acapkali karena kita yang dipaksa menguap. Beberapa kali ku berharap kamu menepi sesegera mungkin. secepatnya. tidak apa jika kamu dikeluti peluh, keluh, dan kesah. ku terima dan ku dekapnya erat, seperti dulu. seakan lupa pada takdir, seakan lupa bahwa kita pernah, sebentar.

Kali ini, bukan hati yang aku pilih untuk berhenti. namun ruang tunggu yang penuh sesak dan isak. Mereka bilang, ruang tunggu ini sebuah perhentian. Tempat memilah dan memilih. Ingin berpisah atau berpindah kisah. Atau sekedar menunggu hujan untuk segera reda pada puncak punggungmu. Meski sesekali mengusap harap agar ia berhenti isak.

Ingin sekali aku merutuki seluruh dinding ruang tunggu ini. saksi perhentian paksa sebuah rasa. saksi segenap hati yang ku tolak agar kamu tidak terelak. saksi seribu doa yang terperanjat pada cerita hati yang terperangkap.

Perihal ruang tunggu, dan segala hal yang tidak pernah kau tahu. 

juga pada hal hal yang terhenti
pada rindu, asa, dan rasa
yang kau tahu 
tidak pernah mampu 
dibunuh oleh waktu 

dan seluruh ingatanmu.
Share:

Rabu, 08 April 2020

Melawan Waktu

pada satu waktu, kita akan selalu ingin kembali pada satu tempat hanya untuk mengecap kembali perasaan yang selalu sama. menghirup kembali udara yang kita pikir tidak pernah berganti. padahal mereka sudah pergi, jauh berjalan, dengan menggenggam beribu arah dan kemungkinan.

Rasanya begitu banyak rasa yang tidak mampu diungkapkan dengan kata kata. Perihal pagi yang cerah dengan hiruk pikuk kendaraan, tentu dengan kedatanganmu yang menjadi episentrumnya. tentang sempitnya waktu untuk mencintaimu. tentang jendela, bayanganmu yang lewat dan pipi merahku yang bersemu. tentang masa depan yang tak pasti. tentang perasaan yang tidak tentram. tentang cita cita & kamu dan segala keraguan di dalamnya.

Juga tentang aku. tentang aku yang payah dalam melawan waktu. aku, yang setiap jatuh cinta, selalu ditenggelamkan oleh waktu. tentangku dengan beberapa partisi dari diriku yang rasanya masa sama. kuno katamu. tulus kataku.

tetapi mungkin, begitu seni mencintai. membiarkan mereka hidup pada titik titik itu. tidak peduli dengan beribu kemungkinan lain. hati yang baru misalnya. dan pada saat itu tiba, kita memilih pergi bukan karena ketidaksanggupan diri untuk berdamai dengan waktu. namun ini lebih kepada perihal penghargaan terhadap waktu, membiarkan mereka tumbuh bersama waktu, tanpa ada bias perasaan yang melingkupinya. 


Terima kasih waktu, saya akhirnya hampir sampai pada titik dimana seseorang membiarkan saya hidup dan tumbuh dalam penerimaan&kehangatan. tanpa harus melawan waktu, lagi.
Share: