Rabu, 08 April 2020

Melawan Waktu

pada satu waktu, kita akan selalu ingin kembali pada satu tempat hanya untuk mengecap kembali perasaan yang selalu sama. menghirup kembali udara yang kita pikir tidak pernah berganti. padahal mereka sudah pergi, jauh berjalan, dengan menggenggam beribu arah dan kemungkinan.

Rasanya begitu banyak rasa yang tidak mampu diungkapkan dengan kata kata. Perihal pagi yang cerah dengan hiruk pikuk kendaraan, tentu dengan kedatanganmu yang menjadi episentrumnya. tentang sempitnya waktu untuk mencintaimu. tentang jendela, bayanganmu yang lewat dan pipi merahku yang bersemu. tentang masa depan yang tak pasti. tentang perasaan yang tidak tentram. tentang cita cita & kamu dan segala keraguan di dalamnya.

Juga tentang aku. tentang aku yang payah dalam melawan waktu. aku, yang setiap jatuh cinta, selalu ditenggelamkan oleh waktu. tentangku dengan beberapa partisi dari diriku yang rasanya masa sama. kuno katamu. tulus kataku.

tetapi mungkin, begitu seni mencintai. membiarkan mereka hidup pada titik titik itu. tidak peduli dengan beribu kemungkinan lain. hati yang baru misalnya. dan pada saat itu tiba, kita memilih pergi bukan karena ketidaksanggupan diri untuk berdamai dengan waktu. namun ini lebih kepada perihal penghargaan terhadap waktu, membiarkan mereka tumbuh bersama waktu, tanpa ada bias perasaan yang melingkupinya. 


Terima kasih waktu, saya akhirnya hampir sampai pada titik dimana seseorang membiarkan saya hidup dan tumbuh dalam penerimaan&kehangatan. tanpa harus melawan waktu, lagi.
Share:

0 komentar:

Posting Komentar