Sabtu, 18 November 2017

History repeats,

Today i was having a big heart attack, but this feels like repetitive condition. It was exactly the same date when i felt i supposed to win on a competition but right on the same date it happened, just like history repeats (ttg idealisme dan kawanannya)
Berangkat dari latar belakang, karya tulis pertama gue yang tembus adalah tulisan ke 4 yang gue submit. Selepas dari itu, karya tulis ke 6 gue tembus sampai tahap 3 (gue cukup bangga karena ini program dikti, dan dari 4ribu proposal yang disubmit, gue masuk 400 besar se nasional), dan butuh so much effort buat arrive disini. Gue tembus jadi finalis (lagi) di tulisan ke 10, mengenai literature review or sebuah gagasan dimana gue introducing sebuah metode untuk meregenerasi gigi dengan memanipulasi pergerakan sel (jadi gigi lo kalau lubang bisa tumbuh lagi kalau pakai bahan ini) namanya litrev tentu penelitian orang lain ya kan, tapi tugas gue adalah mereview dan mengkaji sejauh mana keefektifannya.

Tepat tadi siang gue jadi peserta terakhir dengan segala optimisme yang gue bangun. So sure, i do believe everyone paid their attentions to me karena the room was so silent. Gue present ideas dengan 2 anggota gue lainnya dgn sedikit kacau but control-able. Sampai di komentarpun, ada beberapa hal yang memang disoroti namun semuanya dapat aman terkendali. Bahkan tiba saatnya ketika direktur RSGM menanggapi dan bahkan kata-katanya yang keluar yakni “ah...mungkin kita kira sudah jelas siapa nilainya yang bagus kayaknya ini, ya prof” hati gue sedikit tersenyum dan gue sok sok tenang saat di depan. Sampai turun ke arah peserta, gue bahagia.

Namun ternyata saat pengumuman, semua bergeser dari ekspektasi. Gue coba sok bahagia dengan salaman dengan delegasi yang menang, tapi temen2 panitia mereka seolah baca hati gue. Hhhh kalau bisa gue nangis di tempat gue nangis wkwkwk, lemah ya K yang gakalah sedih saat gue jabat tangan sama direktur rumah sakit, dan beliau seketika berhenti dan senyum ke gue “tadi bagus banget loh. Oke banget” gue hanya tersenyum sedih *ahahaha* dan juga langsung membalas dgn jempol juga wkwk. Dan yang paling ga kalah sedih, banyak orang meluk gue dan bilang “tadi keren kok. Tapi mungkin belum rezeki ya” gue gatau lagi harus ngomong apa, subjektifitas dan objektifitas juri itu berbeda-beda. Gue sedih pake banget guys, mungkin gue salah karena gue ga banyak usaha, ga banyak doa, ga inget Allah banyak-banyak. Tapi entah kenapa gue seperti tertampar keras-keras, dan gue kalau sedih pengen ngurung diri.

Gue bukan orang yang suka nyerah, tapi susah loh ya ketika lo udah hancur tapi berusaha ngumpulin serpihan nyawa lo lagi. Gue gatau niat gue yang bergeser atau gimana, padahal gue udah komitmen buat ikut lomba untuk proses upgrading diri (wkwk yakali entar gue jadi peneliti) tapi somehow piala dan money oriented gabisa dihindari.

Winda sedih yaaAllah, Winda minta maaf.
Share:

0 komentar:

Posting Komentar