Jumat, 24 Februari 2012

Mozaik Senja

Bola mata sang surya kian redup.
Hendak merindukan mimpi surgawi indahnya di peraduan.
Barisan kawanan ababil membentuk formasi lukisan kaligrafi terindah.
Desah nafas lazuardi menorehkan kesucian di atas kanvas waktu yang kian usang.
Riak gelombang memecah sunyi bibir pantai, seolah ingin mengabarkan cerita duka si buih yang terlunta-lunta di atas asin tubuhnya.
Para mulut kerdil lari dari kutukan rajanya, disinari oleh gincu merah delima dari kerajaan langit ufuk barat

Di antara deru mesin kendaraan dan tanah yang mulai gelap
Apa yang dilakukan oleh kaki-kaki lemah di sudut-sudut trotoar
Wajah-wajah penuh keringat peluh di persimpangan jalan dan nyanyian sumbang dari anak-anak jalanan kepada pengiba yang tak kunjung menghadiahkannya kepingan emas

Di antara senandung shalawat yang mengetuk tiap relung hati
Suara ajakan tulus dari aliran air yang melewati bebatuan
Pesan mulia dari angin yang menggugurkan dedaunan dan mematahkan ranting-ranting kering
Berapa banyakkah tubuh-tubuh kekar berlindung dari terpaan lembut gerimis ?

Bagaimana cerita para pekerja yang sementara melepas penat
Pasangan muda-mudi yang sedang asyik dengan hidangan ala restonya
Kepulan asap pabrik yang kian pekat, dan gemuruh bising kendaraan lalu lalang di antara kesyahduan sang muadzin yang mengajak ke singgasana arsyi

Senjaku kini tak bermakna.. ?
Biarlah sisa waktu yang memberi makna
Pada rembulan yang tersenyum sebagian.

Akhlis M. Lasila (Akhlis.Ikhlas)
SMP Al-Azhar Palu - Sulawesi Tengah.

*
Sebuah goresan pena dari pak Akhlis :0 INDAH, Terlalu Indah. Subhanallah :')
Share:

0 komentar:

Posting Komentar