Sabtu, 09 Juni 2012

Ibtidaiyah (2)


Well.....

  Tampaknya part II dari ibtidaiyah ini segera berlanjut.  Iya segera berlanjut. Tanpa beribu basa basi lagi mari kita lanjuttt :v

    Akhirnya saya memasukki kelas ini dengan bulu kuduk yang merinding. Gimana ngga coba? Setan-setannya bertebaran dimana-mana. Nyebar di seluruh pelosok kelas. Ada yang nyangkut di jendela, Ada yang nempel di dinding kayak cicak. Ada juga setannya yang mirip spiderman. Yah karena alasan yang cukup logis dan beretika, saya akhirnya kembali mengurungkan diri untuk memasukki kelas itu. Sekian.

Maaf, Yang diatas bukan kerjaan saya. Mari kembali bercerita.....

    Jadi, ceritanya gini kemarin tuh gue baru aja keterima di salah satu universitas di jawa. Kalau ngga salah namanya UI kali ya. Yaudah gue masukin tuh kantornya, yang katanya sereeem banget. Ah... Tapi setelah gue masuk kesana, Gue ngga ketemu tuh mahkluk yang berbeda bangsa dari gue. Semuanya sebangsa kok ama gue. Tuh di ujung sana ada kunti, Di bawah kursi ada tuyul, Noh di punggung gue nempel dah si poconggg. Entah lu pade ngerti apa ngga, kesimpulannya gue adalah setan juga sih. Udah. Itu aja.

Tenang sodara-sodara!! Lagi-lagi kesalahan teknis terjadi. Mari mari memulai semuanya dari awal.......... :v
    Setelah keterima di kelas 3. Akhirnya saya memasukki kelas baru itu dengan rasa campur aduk. Nano-nano lah kalau boleh dibilang. Sampai beberapa minggu kemudian ada ustadz baru yang bernama ustadz Ridho. Hahaha, Inilah ustadz yang paling gaul yang pernah saya kenal sih. Kerjaannya Cuma dengar lagu doang, Cerita-cerita doang dan sebagainya.... Eitsss!!! Tapi jangan salah, Ini ustadz juga ngga diragukan loh bahasa arabnya. Tapi nanjodinya ampun eh-____- Nah, walaupun tak dapat dipungkiri kalau ustadz Ridho lah yang akrab banget sama kita berdua. Yayaya, kita berdua. Saya dan rafifah.
    Sedikit mengenai Rafifah, Dia boleh dikatakan sahabat saya ketika SD. Tapi dia berbeda 1 tingkat ketika di SMP eh maksudnya di SD... Emmm ya,Dia baik, Tutur katanya lembut, dan tentunya dia cantik. Saya menemukan ketenangan ketika memandang wajahnya yang masih ada keturunan arabnya. Suaranya yang khas yang membuat saya begitu merindukan sosoknya. Kita sebenarnya tidak terlihat layaknya seorang sahabat. Tapi apabila sudah memasukki waktu ibtidaiyah kita tidak akan terpisah. Walau sejatinya kita sama-sama pendiam- --Sama-sama tidak bisa memulai pembicaraan. Jadi jika tidak ada yang memulai, Maka tidak ada pembicaraan saat itu. Yayaya, Dialah Rafifah.
     Tapi sayangnya, Pada saat semester 2 saya harus berpindah lagi ke kelas 4. Ada rasa sedih ketika mengetahui hal itu. Artinya saya tidak bisa bermain-main lagi dengan guru yang akan mengajar saya nanti layaknya ustadz Ridho. Saya tidak bisa bernakal-nakalan lagi dikelas. Tidak bisa bercerita. Dan of course saya harus fokus UN SD sekaligus UN Ibtidaiyah-_______-‘’ dan berita terburuknya saya harus berpisah dari sosok yang sangat saya sayangi. Rafifah..............
     Beralih ke kelas 4. Kelas ini merupakan kelas terkecil yang ada di ibtidaiyah. Merupakan satu-satunya kelas yang terkunci disaat pagi. Kelas yang punya kipas angin, walaupun bangunannya terlihat sangat kumuh—Istilah kasarnya. Tapi saya tetap membanggakan ruangan ini. Ruangan yang membawa perubahan besar dalam hidup saya.

Nah, Mungkin harus berlanjut lagi ya. Wassalam o:)
Share:

0 komentar:

Posting Komentar